"MAKAM SESEPUH DI IKKAD" Amroeh Adiwijaya


MAKAM SESEPUH DI IKKAD.   (Ikatan Keluarga Kyai Abdul Djabbar) Gresik.

Oleh: Amroeh Adiwijaya

Bismillah.
Bagi saya rodok sulit alias ngeri tipis untuk menulis topik "makam" ini karena di situlah nanti akhir hayat saya berada.

Maka perkenankan saya mengungkapkan pendapat saya secara singkat, baik selaku pribadi maupun Ketua I PP.IKKAD periode 2022-2027 mengenai makam sesepuh kita di kalangan IKKAD terkhusus yang berlokasi di daerah Dukun Gresik.

Karena masalah dominan makam pada umumnya selalu berkaitan dengan tradisi, kearifan lokal atau kebiasaan masyarakat setempat, dan itu sah, maka dalam membahas makam selayaknya kita cukup pada alur terbatas di atas, tidak perlu dirembetkan misal pada perbedaan pandangan antara NU-Muhammadiyah atau malah dikeruhkan pada pertentangan dengan faham Wahabi (segala); Seolah kita mengikuti arus info media sosial yang akhir-akhir ini banyak bernada adu domba antar faham di kalangan muslimin terkhusus bernada "memberangus" Wahabi.

Dan pastinya kita tahu bahwa warga IKKAD banyak yang menganut faham baik NU maupun Muhammadiyah bahkan Wahabi.

Tentang makam Islam, kita dapat melihat fakta bagaimana penanganan makam di Baqi' Madinah dan Ma'la di Makkah, kemudian kita bandingkan dengan yang ada di daerah-daerah di Indonesia. Semua berbeda alias tidak bisa disamakan.

Dengan pertimbangan di atas, maka kita tidak perlu bertanya kepada siapapun misal mengapa sampai sekarang makam sesepuh di IKKAD ada yang tidak terawat? Dan mengapa baru sekarang ada yang berupaya merawat?

Lalu saya lanjut bagaimana sebaiknya kita memperlakukan dua makam sesepuh kita di IKKAD yang kebetulan berada di Dukun Gresik? Berikut pandangan saya ....

MAKAM PERTAMA:
Makam Mbah KH.ABDUL DJABBAR.

Saya mulai dengan sebuah cerita:
Tanggal 15 Januari 2023 yang baru lalu, di daerah Lamongan, saya sempat berbincang dengan seorang warga IKKAD tentang makam Mbah KH Abdul Djabbar, dan beliau menyatakan: Beberapa tahun yang lalu, Pemda kabupaten Gresik pernah bermaksud untuk memperbaiki dan merawat makam sesepuh terkemuka Gresik di wilayah Gresik, salah satunya makam Mbah KH Abdul Djabbar. Tambahnya, "Tapi nampaknya susah mas Amroeh, karena masyarakat di lingkungan makam itu mayoritas penganut Wahabi".

Saya pun memberi komen begini: Saya yang tinggal di dekat sana (beda desa tapi satu kecamatan) dan saya tahu persis, masyarakat di sana memang tidak memiliki budaya untuk membuat makam yang "wah" apalagi puja-puji terhadap makam, melainkan memperlakukan makam dengan sewajarnya meskipun terhadap makam orang tua sendiri. Jadi sekali-kali tidak usah mengaitkan makam dengan NU-Muhammadiyah atau Wahabi atau lain-lain.

Saya tambahkan, di ibu kota kecamatan Dukun sendiri, dalam membuat makam, sebenarnya menerapkan faham campur-aduk, yang seolah Wahabi membuat makam eksklusif, sedangkan yang menurut saya "Nahdhiyyin" justru bermakam biasa-biasa seperti makam umumnya di Dukun.

Karena dengan budaya itu toh masyarakat di sana adem ayem dan rukun alias damai-damai saja, maka kita tidak perlu ada keinginan untuk merubah, apalagi secara frontal (maaf guyonan) seolah paling benar sedunia, misal merenovasi makam dengan "wah" lalu dengan menambah ritual yang "tidak biasa" bagi mayoritas masyarakat di sana.

Mengenai Pemda akan membangun makam beliau? Itu bagus-bagus saja, namun karena kelihatannya akan bertele-tele apalagi kalau menjurus pada "memasuki makam harus membayar lebih dulu-segala", maka akan cukup kalau ditangani oleh internal keluarga besar (sekarang) person-person anggota IKKAD.

Adapun tentang rencana person-person anggota IKKAD yang bermaksud merenovasi makam mbah KH.Abdul Djabbar? Insya Allah banyak disepakati oleh warga IKKAD, namun tentunya harus tetap memperhatikan budaya masyarakat setempat-di atas.

MAKAM KEDUA:
Makam Mbah KH.Faqih.

Karena akan sama dengan makam Mbah KH.Abdul Djabbar, maka uraian saya tentang makam Mbah KH.Faqih tidak perlu panjang, lagi pula lokasi makam kedua beliau berada dalam satu desa, hanya beda "kavling".

Yang membedakan adalah, banyak ahli waris langsung Mbah KH.Faqih masih gesang, juga yang mewarisi/bertanggung jawab langsung perihal "wasiat/amanat" khususnya terhadap makam beliau.

Maka akan bijak jika siapapun yang bermaksud untuk mengotak-atik makam beliau, berkenan lebih dulu untuk bermusyawarah dengan beliau-beliau ahli waris.

Lalu, kok makam Mbah KH.Faqih nampak "banyu udane ngembeng alias air hujan menggenang?", maka melalui tulisan ini saya njawil cak Adzfar Ammar/salah satu penasihat PP.IKKAD yang baru: "Air di atas makam itu pasti bablas kalau diurug (cukup) satu El-sapek, L.300 pedel/pasir keras, cak Adzfar!!!".

TAMBAHAN:
Tiga kali saya mosting di WAG GENERASI IKKAD tentang Mbah KH.Faqih.
Karena mbah KH.Faqih tercatat sebagai A'wan sepuh dalam proses pendirian NU, maka saya usul kepada dhurriyyah KH.Faqih untuk membuat lembaga semacam KH.FAQIH CENTER.
Tujuannya antara lain, agar apa, siapa dan karya-karya beliau tercatat rapi, kemudian dapat memudahkan/menjadi jujugan bagi siapa saja (terutama Nahdhiyyin) yang ingin mendapatkan informasi tentang Mbah KH.Faqih.
Pertanyaannya: Bisakah? Bisa, asal ada yang mau menginisiasi/menjadi "trigger".

Akhirul Kalam, semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf jika terdapat salah tulis ataupun persepsi.
Salam sehat untuk kita semua.

----------------

Gresik, Senin sore 13 Februari 2023.
amroehadiwijaya@gmail.com

(NI. IKKAD: 1.2.3.2)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI