(130) JURJI-JURBEH
"JURJI-JURBEH"
Beberapa hari yang lalu di satu WAG, ada postingan seloroh 'ala penyair Madagaskar, "Sengkarut-acakadut-kisruh di komunitas/organisasi keagamaan saya terus berkepanjangan, dan nampaknya sampai akhir tahun ini tidak akan selesai. Tapi No Father (Gpp) karena toh komunitas saingannya juga begitu, hanya tidak terekspose-saja".
Maka muncullah tulisan ini.
Fanatik
Dari gaya tulisan singkatnya, meski santai seolah "Solace" (Inggris: ungkapan penghiburan), tapi nampak betul dia fanatik berat pada komunitasnya, bermakna sikap ketertarikan atau keyakinannya sangat kuat dan berlebihan terhadap sesuatu (agama, idola, ideologi, olahraga, dan lain-lain) sehingga cenderung tidak kritis, sulit menerima pandangan lain, dan menganggap komunitas atau pemahamannya paling benar, yang bisa berujung pada perilaku ekstrem, konflik, atau bahkan kekerasan.
Biasanya ditandai pula dengan emosional, sempit pandangan, serta penolakan terhadap logika dan fakta yang berbeda.
Iri dengki
Bernada juga, merasa tidak senang komunitas lain berhasil atau maju, yang sering disebut iri atau dengki, yang timbul karena berbagai alasan, seperti merasa tidak aman, membandingkan diri dengan orang lain, atau merasa bahwa keberhasilan mereka mengurangi peluang komunitasnya.
Meskipun dari sisi psychologis perasaan seperti itu umum, namun bisa menjadi penghalang bagi kebahagiaan dan pertumbuhan pribadi jika tidak ditangani dengan baik.
Sebaiknya dia mengakui dan menerima perasaannya memang merasa iri, dan coba mencari tahu alasan di baliknya.
Alih-alih membandingkan dengan komunitas lain (social comparison), pusatkan perhatian pada pencapaian dan tujuan sendiri, dan mengakui bahwa setiap komunitas memiliki jalan yang berbeda-beda.
Rayakan keberhasilan komunitas lain, dan belajarlah untuk turut senang atas pencapaiannya.
Sikap positif itu dapat membantu mengurangi perasaan iri dan mempererat hubungan sosial, menjadikan motivasi merubah perasaan iri menjadi motivasi positif, dan menggunakan keberhasilan pihak lain sebagai inspirasi untuk bekerja lebih keras mencapai tujuan komunitas sendiri.
Konselor
Harusnya dia ingat bahwa pertumbuhan dan kebahagiaan pribadi berasal dari fokus pada perjalanan diri sendiri, bukan semata dari membandingkan diri dengan orang lain.
Untuk mencapainya, membicarakan dengan seseorang yang dipercaya: Berbagi perasaan dengan teman, keluarga, atau konselor, tentu dapat memberikan perspektif baru dan dukungan emosional.
Dan mendapatkan bantuan profesional, jika perasaan iri terus-menerus mengganggu kehidupannya atau menyebabkan stres signifikan, mendapatkan bantuan dari psicholog atau psikiater adalah penting.
Semeleh
Dalam budaya Jawa yang kata orang "adiluhung" itu, secara harfiah pun tidak ada istilah "hancur satu harus hancur semua" yang mengandung makna fatalistik atau prinsip "all or nothing" yang negatif.
Filosofi Jawa lebih sering menekankan pada persatuan, harmoni, dan tanggung jawab kolektif yang bertujuan untuk kebaikan bersama, yang diungkapkan melalui berbagai pepatah yang bernada positif, semeleh (merunduk ikhlas) seperti: "Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah": Kerukunan menciptakan kekuatan (ketenteraman), sedangkan perpecahan menyebabkan kehancuran (kerusakan).
Prinsip tersebut sama dengan budaya nasional yaitu semangat kebersamaan yang kuat, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".
Maka frasa hancur-hancuran bahkan yang lebih sadis, hancur satu hancur semua, "Jurji-Jurbeh" : Ajur siji ajur kabeh (judul di atas) adalah prinsip wong Jowo mendem, orang Jawa lagi teler, mabok.
Lalu?
Sebagai penutup, apakah komunitas lain/saingan yang dia nilai sama acakadutnya dengan komunitasnya itu benar-benar ada atau terjadi (biar ada teman)? Embuh, entah, hahaha.....
------------
Gresik,
Sabtu, 20 Desember 2025
amroehadiwijaya@gmail.com
😀 Catatan:
Dari respons salah satu pembaca WAG ternyata ada singkatan/istilah lain mengenai judul di atas: TIJITIBEH (mati siji mati Kabeh).
Komentar
Posting Komentar