(125) SAPI, MAKHLUK TUHAN ITU?



"SAPI, MAKHLUK TUHAN ITU .. ?"

Mas Rizal, video postingan anda di WAG itu (link terlampir di bawah), kebetulan tadi malam saya nonton juga di TV, dan mumpung ada mood nulis maka tertutul-lah HP sedikit panjang dan serius.
----------

Dalam konteks ilmiah, medis atau biologis, kondisi sapi itu secara spesifik disebut "dwarfisme", yang di istilah umum disebut cebol atau kerdil, yang digunakan untuk mendeskripsikan makhluk hidup (baik hewan maupun manusia) yang memiliki perawakan tubuh lebih pendek dari ukuran normal spesiesnya.

Dan sebutan untuk orang, bagi kebanyakan orang lebih menyukai disebut orang kecil atau orang bertubuh pendek, yang secara spesifik, beberapa jenis dwarfisme antara lain achondroplasia dan hypochondroplasia, yang biasanya merupakan kelainan pertumbuhan tulang akibat kelainan genetik.

Dan ini seolah saya ahli genetika (hehe...): Dalam konteks medis dan ilmiah lagi, istilah yang umum digunakan untuk merujuk pada binatang yang secara fisik tidak normal adalah "abnormal" atau mengalami "anomali".

Untuk kelainan fisik yang terjadi sejak lahir, istilah yang digunakan adalah: Kelainan kongenital atau cacat bawaan lahir (congenital anomalies/birth defects), merujuk pada kondisi struktural atau fungsional yang sudah ada sejak hewan dilahirkan, yang terjadi selama masa perkembangan janin.

Kelainan turunan atau genetik (inherited disorders/genetic conditions), yang disebabkan oleh mutasi genetik, yang secara umum, dalam bahasa sehari-hari atau non-medis disebut "cacat fisik" atau "hewan cacat".

Istilah-istilah ini mencakup kondisi yang bersifat bawaan, akibat penyakit, atau akibat kecelakaan (misalnya, kehilangan organ tubuh).

Manusia

Saya pun mengaitkan dengan manusia/orang dengan menganjurkan untuk menggunakan istilah kepada yang memiliki keterbatasan serupa: "Penyandang Disabilitas" untuk menekankan bahwa individu tersebut adalah orang pertama (person-first language) dan disabilitas adalah salah satu aspek dari diri mereka, bukan keseluruhan identitas mereka.

Istilah "Difabel", akronim dari differently abled people (orang dengan kemampuan berbeda) adalah juga merupakan istilah yang umum digunakan dan dianggap positif oleh banyak kalangan karena fokus pada kemampuan yang beragam, bukan ketidak mampuan.

Adapun istilah yang Harus Dihindari untuk menunjukkan rasa hormat dan etika yang baik adalah, hindari penggunaan istilah-istilah lama yang bersifat merendahkan atau berkonotasi negatif, seperti: Cacat,
Tuna (misalnya tunanetra, tunarungu, tunawicara), Penderita (misalnya penderita disabilitas), Manusia invalid atau tidak normal, Terbelakang mental atau sebutan lain yang menghina 
Etika Berkomunikasi Secara Umum.

Selain penggunaan istilah yang tepat, sikap menghargai juga ditunjukkan melalui etika interaksi sehari-hari: Bicara langsung kepada orangnya, bukan kepada pendamping atau asisten mereka.
Gunakan nada suara yang normal dan jelas, tidak perlu berteriak. Tunjukkan empati dan pengertian, berikan waktu tambahan untuk berkomunikasi jika diperlukan.

Perlakukan mereka dengan rasa hormat yang sama seperti kita memperlakukan orang lain pada umumnya.

Dengan ungkapan-ungkapan halus itu menunjukkan seseorang tidak memiliki rasa "nggilani", bahasa Jawa yang bermakna menjijikkan, menakutkan, atau menyeramkan, ungkapan untuk menggambarkan sesuatu yang menimbulkan rasa jijik atau rasa takut pada orang yang melihatnya,

Bermakna ikut merasakan kondisi yang menyayat hati, memilukan, memedihkan, menyedihkan, dan tragis.

Tak ketinggalan, bermakna mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban, yang paling utama adanya kesetaraan dan persamaan di hadapan hukum (equality before the law).

Istilah ini merujuk pada prinsip bahwa setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang status sosial, ras, agama, atau latar belakang lainnya. Konsep ini juga merupakan salah satu butir pengamalan agama dan landasan negara (Pancasila), yaitu pada sila kedua yang menegaskan pengakuan terhadap persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia.

Perasaan

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa hewan memiliki sistem otak dan kimiawi serupa dengan manusia, yang memiliki perasaan dan emosi hewan atau kesejahteraan hewan. Istilahnya; antropomorfisme merujuk pada penerapan sifat-sifat manusia kepada hewan, sedangkan animal communicator adalah sebutan untuk orang yang mengklaim dapat berkomunikasi dengan hewan, tentang perasaan mereka.

Selanjutnya ada istilah antropomorfisme, untuk melihat atau menggambarkan hewan dengan sifat-sifat emosi seperti manusia, mulai dari kesenangan dan kesedihan hingga emosi yang lebih kompleks seperti empati, juga perasaan cinta dan kebahagiaan, perasaan yang penting untuk kelangsungan hidup.

Memiliki pula ikatan emosional untuk membentuk ikatan emosional yang kuat, termasuk cinta, yang dapat ditunjukkan melalui perilaku seperti menjadi protektif terhadap pemiliknya dengan menunjukkan emosi melalui isyarat non-verbal. 

Intinya, hewan memiliki perasaan, bukan sekadar insting. 
Perasaan dan emosi mereka memainkan peran penting dalam kehidupan dan kelangsungan hidup mereka, meskipun cara mereka mengekspresikan perasaan bisa berbeda dari manusia.

Kurban

Menjawab pertanyaan anda, mas Rizal, "layakkah sapi seperti di atas dijadikan hewan kurban Idul Adha?", begini: Sapi dalam konteks hewan sembelihan terkhusus kurban bagi muslimin itu, dalam ketentuan syar'i/syari'ah atau hukum Fiqh memang ada persyaratan antara lain harus baik, dan musinnah-telah mencapai usia dewasa, juga harus sehat, tidak cacat, gemuk.

Namun jika diterapkan dengan tegas terkhusus harus tidak cacat fisik seperti sapi di video itu, pastinya membuatnya sedih dan merana karena merasa tidak bermanfaat, yang bisa saja sampai mengutuk tuhan.

Penutup

Hal-hal di atas merupakan implementasi Etika Lingkungan/Ekoteologi: Dalam konteks menghargai seluruh ciptaan Tuhan (termasuk hewan dan alam), istilah yang merujuk pada prinsip-prinsip moral yang memandu manusia untuk memperlakukan lingkungan dan makhluk hidup lain dengan rasa hormat dan tanggung jawab.

Gresik, 29 November 2025
amroehadiwijaya@gmail.com 
---------------------

Link video itu
🩸
https://www.instagram.com/reel/DRjxKwwkrfH/?igsh=MTlkaXc5azQ5azU1ZQ==

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI