(123) JARGON PG
Amroeh Adiwijaya
(merespons postingan Link 1 di bawah dari mas Timbul Basuki di satu WAG alumni UI).
--------------------
"SADARLAH
WAHAI PANJI GUMILANG"
Link 1:
https://lognews.co.id/component/content/article/9-artikel/5324-pendidikan-universal-yang-membumi-menenun-toleransi-dari-rumah-hingga-benua?Itemid=554
Link 2:
https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/06/117.html
Link 3:
https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/06/116_11.html
Setiap organisasi dan lembaga apa pun termasuk Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaitun, sah untuk memiliki moto dan jargon sebagai pedoman ke mana suatu lembaga akan mengarah dan menuju.
Menurut kamus tata bahasa Indonesia, jargon dan moto (tidak motto) memiliki tujuan berbeda. Moto merupakan ungkapan yang mengandung makna mendalam dan mewakili nilai, tujuan, atau prinsip. Sedangkan jargon adalah kosakata khusus yang digunakan oleh kelompok atau profesi tertentu untuk merujuk pada hal-hal yang spesifik dalam kelompok atau profesi.
Contoh, Kepolisian RI yang memiliki moto "Rastra Sewakotama"; Abdi Utama bagi Negara, sejak Kapolri Listyo Sigit Prabowo (2022) menerapkan jargon PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi berkeadilan) menggantikan jargon PROMETER (Profesional, Modern, dan Terpercaya) yang diusung Kapolri sebelumnya, Tito Karnavian (2016).
Bermakna, banyak terjadi jargon diganti oleh penerus-generasi sesudahnya, sedangkan moto kebanyakan bersifat abadi.
Dan ungkapan Panji Gumilang/PG (link 1 di atas) saya yang saat ini mencoba "fresh" menilai jargon (bukan moto) itu bagus, apalagi tentu bagi PG sang pengasuh Al-Zaitun, dan pasti absolute, tak seorang pun yang mau dan bisa mengintervensi_mengotak-atik. Sak karepmu-lah, PG.
Lalu, karena banyak orang yang menilai bahwa dalam tataran etika dan moral, selama ini PG telah mencedarai diri sendiri (baca link 2 dan 3 di atas), maka harusnya sadar dan instrospeksi diri agar santri yang diasuh menjadi santri yang baik, dan PG sendiri mampu mencerahkan masyarakat sekitar sesuai ajaran Islam.
Karena sangat mungkin PG tidak akan mau berubah, lha wong dia nggak gubris dua tulisan saya di atas (apalagi minta maaf), maka hanya kepada sang penerus, generasi muda, anak-anaknya, saya berharap agar di kemudian hari mampu memperbaiki kekurangan sang ayahanda, PG. Jargon bisa diubah.
Eman/sayang kalau sepeninggal PG nanti Al-Zaitun tidak berubah menjadi baik.
------
Gresik, Minggu 13 Juli 2025.
amroehadiwijaya@gmail.com
Komentar
Posting Komentar