(117) SURAT TERBUKA UNTUK PG
Surat Terbuka Pasca Panji Gumilang Mengklaim Silsilah Keluarga Besar Saya
Link Video Asli Panji Gumilang
🩸
https://youtu.be/ylsVrVfRIfU?si=5-vJffNATNVdVeA2
----------------------
"PANJI GUMILANG, WHY YOU ARE?"
Oleh: Amroeh Adiwijaya
Pengantar:
Tulisan ini merespons sekaligus meluruskan narasi video/podcast (link terlampir-di atas): Panji Gumilang alias PG (*) dengan narator penuh retorika khas iklan "kecap nomor satu" mengklaim bersilsilah yang aduhai. Dengan demikian saya tidak ada niat sedikit pun untuk ber-ta'ssub (Arab: berbangga diri) mengenai silsilah, nasab atau keturunan.
_______________
Yth. Kak (**) Abdul Salam, nama pop terkini, Syeikh Panji Gumilang: Apa kabar dan Why you are_kenapa antum (***)?
Karena tulisan ini berdasarkan keyakinan bahwa video_podcast dan narasi/naratornya atas persetujuan antum, maka tentu antum harus fair untuk mencabut+minta maaf, dan tidak elok kalau kemudian antum sekedar membantah atau meralat video itu.
Dan saya lanjut bertanya, "Why you are", "Limadza antum" (Inggris dan Arab: Mengapa anda?)", karena saya heran, antum yang di mata banyak orang terkategori sosok hebat dan populer di dunia Pesantren, tapi kok masih menoleh ke belakang, meneropong keturunan, nasab dan silsilah diri?
Saya maklum kalau antum (dulu-dulu) berperilaku sensasional, dan belakangan otak-atik silsilah karena tentu antum berharap akan mendongkrak-menjulangkan kembali nama antum, tapi jangan lupa akan berkebalikan kalau antum menguak silsilah dengan sembarangan alias tidak dengan data yang valid.
KH. Abdul Djabbar
Betul, pada awal abad ke 18 Miladiyah/abad ke 12 Hijriyah, beliau adalah pembubak/pelopor/pembuka daerah bernama Maskumambang yang berlokasi di desa Sembungankidul, Dukun Gresik, yang kemudian termasuk menjadi pusat penyebaran agama Islam di daerah Gresik dan sekitarnya.
Pada perkembangannya, 53 tahun yang lalu bertepatan tanggal 9 Maret 1972, anak turun beliau menyatu pada sebuah organisasi keluarga bernama Ikatan Keluarga Kyai Abdul Djabbar (IKKAD), memiliki AD-ART dan buku silsilah rapi yang diperbarui setiap tiga tahun sekali, terakhir edisi April 2025 dengan anggota otomatis berjumlah 6000-an jiwa.
Silsilah ke atas termasuk sampai ke Joko Tingkir pun tercatat rapi dan tertata runut
Beliau berputra/putri 10 orang (di IKKAD disebut Qabilah yang berjumlah 10), di antaranya seperti yang disebut di podcast: KH.Faqih (Maskumambang) putra nomor 4, yang berputra antara lain KH Ammar.
Seperti di podcast itu, menurut sejarah, betul KH Faqih bersahabat dengan KH Hasyim Asy'ari dalam mendirikan jam'iyah/organisasi Nahdlatul ulama (NU), yang kemudian berlanjut besanan yaitu: Putri KH Hasyim Asy'ari bernama Hj Nyai Choirijah menikah dengan cucu keponakan KH Faqih bernama KH Ma'shum, cicit KH Abdul Djabbar dari anak/putri nomor 7 bernama Hj Nyai Muhsinah.
Dari perkawinan di atas lahir cucu bernama KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) yang sekarang sebagai pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur peninggalan KH Hasyim Asy'ari, dan sejak tahun 2022 didaulat anggota untuk menjadi ketua umum pengurus pusat (PP) IKKAD.
Dan benar, KH Faqih pernah memiliki murid/santri di Maskumambang bernama KH Maimoen Zubair, almarhum, kyai besar asal Sarang Lasem Jawa Tengah.
Di IKKAD, paham dan aliran keislaman anggota dan pengurusnya beragam namun tak ada "gesekan" apapun, dan dapat dicatat, Ketua umum PP IKKAD yang sekarang/Gus Kikin adalah ketua umum PWNU Jawa Timur/sebelumnya Ketua mustasyar PBNU, dan ketua umum sebelumnya, KH Muchlas Chamim (almarhum) adalah tokoh Muhammadiyah. Begitu pula dengan paham yang berbeda-beda dari para ketua umum almarhumin sebelumnya seperti KH Chamim Syahid, KH Adlan Aly, Prof Dr KH RH Aqib Soeminto, dan KH Badawy Mahbub.
KH Rais
Beliau adalah anak pertama KH Abdul Djabbar, dan dari keturunan KH Rais, saya adalah generasi keempat.
Dan kalau membaca buku Silsilah, ternyata nama antum (kak Abdul Salam/Panji Gumilang/PG) dan leluhur sama sekali tidak tercantum sebagai anak turun KH Rais, juga tidak di 9 Qabilah IKKAD yang lain.
Kalau pun antum mengaku sebagai anak pertama KH Rais (wafat tahun 1942 dalam usia 90 tahun), memangnya berapa usia antum saat ini? Padahal ayah, dan kakek saya sudah lama wafat dalam usia sepuh?
Lalu berdasar apa antum mengklaim seperti di podcast itu, padahal digatuk-gatukno (Jawa: dihubung-hubungkan) secara acak biasanya gatuk/nyambung, tapi kok tidak nyambung alias ambyar?
Tapi saya sedikit maklum, karena dulu juga pernah ada yang melakukan mirip antum (tapi lebih ringan), dan setelah saya tunjukkan data, dia mengaku salah dan minta maaf.
Dan (maaf) kalau antum tidak mencabut dan minta maaf atas busuknya klaim antum itu berarti antum jauh lebih busuk dari dia.
Makam
Sejak dulu sampai sekarang, warga 4 desa di lingkup ibukota kecamatan Dukun Gresik, memiliki 1 makam luas-umum-Islam, yang di dalamnya tidak ada pengkavlingan atau istilah makam keluarga tertentu, termasuk makam KH Faqih dan leluhur masyarakat yang lain termasuk leluhur antum.
Bentuk tiap makam pun moderat, bertipe sama/mirip, sederhana, tidak ada yang istimewa misal dengan batu nisan yang mencolok dan "wah". Dengan demikian yang paham makam seseorang adalah keluarga dekat sendiri, jauh beda dengan ungkapan podcast yang mengada-ada itu.
Yang beda, rupanya ngikuti tren makam eksklusif terkini, ada beberapa keluarga yang_maaf OKB (Orang Kangen Beda) dengan membuat makam khusus keluarga yang berlokasi tidak jauh dari makam desa yang ada.
Tapi sedikit beda dengan makam KH Abdul Djabbar yang berlokasi terpisah, sekitar 100 meter dari makam umum di atas, berisi tidak lebih dari 10 makam, itu pun bukan karena dinilai makam eksklusif atau keramat melainkan lahan yang tidak digunakan lagi untuk makam karena pindah ke lokasi yang lebih luas.
Lokasi makam beliau yang persis bersebelahan dengan jalan luar rumah orang tua PG: H Rosyidi/Mukarib, almarhum (mantan kepala desa), dusun Siraman desa Sembunganyar kecamatan Dukun itu sempat seolah tidak terurus, dan berubah bersih setelah ditata oleh kepala desa yang sekarang, kemudian menarik banyak penziarah kubur dari berbagai daerah khususnya keluarga IKKAD.
Why You Are?
Pada podcast itu saya catat ada 2 ungkapan penting yang lain:
1) Pepatah Arab, "Laisa al fata man yaqulu kana Abi, walakin man yaqulu ha ana dza"; Pemuda adalah yang tidak berkata inilah bapakku melainkan yang berkata inilah aku/diriku sendiri.
2) Ungkapan Sayyidina Ali (RA) dalam berbagai pernyataan yang menekankan bahwa kebanggaan pada keturunan (nasab) tidak menjamin kebaikan seseorang. Yang utama adalah amal dan perbuatan baik, "Orang yang tertinggal disebabkan kurang amalnya takkan dapat menyusul dengan nasabnya".
Maka antum apalagi sebagai pendidik, mengapa memberi teladan kepada banyak orang terkhusus santri antum dengan membanggakan nasab/silsilah, dengan cara manipulatif pula?
Kalau antum bersikap seperti itu, maka tidak heran kalau banyak yang berkeyakinan bahwa sikap dan tindakan antum selama ini memang demikian.
Saya sempat berpikir antum menyepakati sebuah adagium: Jadilah kamu berhasil "Top" di bidang apa pun. Ya, meski dengan menerapkan trik berseberangan dengan sesama muslim
Saya pun sempat berpikir antum memilik "self confidence" kepercayaan diri yang kuat_dan cuek bebek kepada orang lain termasuk kalau ada yang mengatakan, "bullshit_omong kosong pada nasab/keturunan", bahkan ungkapan lebih seru, "Gpp aku seperti ini, asalkan tidak dibilang keturunan kethek, bedhes, monyet, kera".
Tapi ternyata tidak, karena antum masih terobsesi untuk memiliki "darah biru" yang sayangnya tidak akan antum dapatkan sampai kapan pun.
Gresik, 12 Juni 2025
amroehadiwijaya@gmail.com
- Ketua I PP IKKAD
- Koordinator umum Gerakan Anti KKN Alumni Universitas Indonesia (GAKKNAUI)
---------
Keterangan:
(*) PG adalah senior saya sekitar 7 tahun, di mana saya hanya sempat bertemu 2 kali, pertama di Gontor (1972) ketika PG berkunjung sebagai alumni, dan kedua ketika menghadiri acara perkawinan famili di Gresik (baca lampiran di bawah).
(**) Kak: Sebutan khas desa kami_saya dan PG_di Gresik Jawa Timur yang bermakna Mas.
(***) Antum: Berarti "anda", sebutan khas santri dan alumni pondok pesantren Darussalam Gontor Ponorogo dan lain-lain kepada senior sesama santri atau yang dituakan.
------------
Lampiran:
"PANJI GUMILANG"
Opini Amroeh Adiwijaya:
🩸 https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/06/116_11.html"Panji Gumilang"
----------------------
Komentar
Posting Komentar