(111) "MUSLIMUN INDONESIA KURANG GREGET DUKUNG PALESTINA/GAZA?"
"MUSLIMUN INDONESIA KURANG GREGET DUKUNG PALESTINA/GAZA?"
Oleh: Amroeh AdiwijayaAkhir-akhir ini banyak seruan di media sosial kepada warga Indonesia untuk memperhatikan dan membantu krisis kemanusiaan di Gaza, dengan narasi antara lain:
- Kok masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim adem-ayem tidak semangat membantu, juga ikut demo-demo?
- Karena warga Gaza mayoritas muslim, maka harus menunjukkan solidaritas sesama muslim!
- Mosok kalah heroik dengan masyarakat luar negeri yang bukan mayoritas muslim?
- Hancurkan si-penyerang brutal, Yahudi, Zionis Israel...!
Maka kalau akhir-akhir ini masyarakat muslim Indonesia nampak adem-ayem, itu bisa dianalisis singkat-sederhana, berikut:
(A) Jenuh
Dalam konteks teori komunikasi massa, kejenuhan pembaca (audience fatigue) merujuk pada kondisi di mana pembaca merasa bosan atau kehilangan minat terhadap konten atau media tertentu karena merasa telah terpapar informasi yang sama atau serupa secara berulang-ulang atau tidak menarik lagi. Hal itu teranalisis pada teori yang relevan dengan fenomena ini antara lain:
1. Teori Uses and Gratifications.
2. Teori Kesenjangan Pengetahuan (Knowledge Gap)
3. Teori Terpaan Selektif (Selective Exposure):
Dari penggabungan 3 teori di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah peristiwa dan penyajian informasi, bagi manusia pada umumnya ada batas tertentu alias ada titik jenuh.
Kalau sebuah artikel biasa bahkan bombastis sudah menuai kebosanan pembaca/pemirsa/pendengar ketika diposting tiga hari berturut-turut, maka dapat dibayangkan informasi konflik Israel-Palestina hingga terkini tragedi Gaza, sudah ada sejak puluhan tahun silam, tepatnya sejak tahun 1948 (bahkan sebelumnya), di mana banyak di antara pembaca belum lahir.
(B) Era rasional
Dengan berlakunya sunnatullah/alamiah bahwa era kapanpun, dulu kini dan nanti adalah selalu berubah, dan kini era kemajuan yang tidak dapat dibendung oleh siapapun dalam bidang: Komunikasi, kebebasan berpendapat, materialistik dan sebagainya-efek dari Globalisasi, maka tentu berlaku pada opini dan pelaksanaan semua hal, tak kecuali respons masyarakat pada informasi tragedi Gaza.
Apalagi dengan berseliwerannya opini yang seringkali "belum valid/tuntas" yang paradoks alias saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain, misal:
a. Apa betul tanah Yerusalem yang disengketakan itu awal mulanya milik umat Islam?
b. Apa betul tragedi Gaza, dan sebelum-sebelumnya itu berunsur agama (Yahudi vs Islam)? Dan kalau iya, maka di mana posisi agama Kristen dan lain-lain?
c. Apa itu HAMAS?
d. Negara-negara dekat Yerussalem/Gaza yang satu komunitas Arab dan kaya-raya itulah yang harusnya bersatu dan awal membantu, bukan Indonesia yang letak geografisnya jauh. Tapi mengapa mereka tidak bersatu padahal bukannya organisasi bilateral dan regional antar mereka pun sudah ada?.
e. Hobby amat memelihara dengki, benci dan berperang?
f. Lha, penggede Indonesia, tokoh Islam pula banyak yang berbaik-baik dengan Israel, piye iki?
g. Serangan terakhir pejuang HAMAS ke Israel, 7 Oktober 2023 yang lalu yang berakibat tragedi dahsyat kemanusian berkepanjangan itu ada yang mengkritisi: Serangan itu tidak strategis, tidak melihat kemampuan diri, tidak imbang karena Israel yang jauh lebih kuat pasti membalas-menggilas tanpa ampun.
h. Mengenai boikot perdagangan produk-produk Israel pun ada yang menanggapi: Inti berdagang/bisnis itu mengikuti "hukum uang", tidak bisa dicampur dengan kemarahan/emosi atau sentimen unsur suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Dan lihat saja, kemajuan ekonomi dan teknologi didominasi oleh keturunan Yahudi.
i. Kalau ikut demo bela Palestina/Gaza, dan membantu secara finansial, tapi kok untuk kepentingan golongan tertentu, dan ada unsur korupsinya pula?
(C) Patokan hati
Karena tulisan ini mengharap kita semua tidak bingung tapi mendapatkan kedamaian di hati, maka solusinya adalah:
- Setelah menelaah jernih dan istiqamah, tetapkan di hati berpihak ke mana, dan itu sah-sah saja, tidak boleh ada yang mengkomplain suatu kebenaran.
- Melakukan aksi yang baik dan benar dengan mengikuti aturan negara/pemerintah Indonesia.
- Yang hanya mampu berdoa, semoga diijabah oleh Allah SWT.
Gresik, Sabtu 24 Mei 2025
amroehadiwijaya@gmail.com
Komentar
Posting Komentar