(106) BUKU CETAK VS ONLINE

.
"BUKU CETAK VS ONLINE"

Pengantar:
Tulisan ini merupakan tiga opini berbalasan di WAG ALUMNI OPTIMISTIC dan WAG GAKKNAUI (Gerakan Anti KKN Alumni Universitas Indonesia), masing-masing bermember Alumni UI dari berbagai fakultas, tanggal 8-9 Mei 2025.

(1)
Postingan Flyer dan opini mBin
Di Dua WAG
(Kamis, 8 Mei 2025)


"BOY SCOUT"

Pramuka menjadi gerakan mendidik anak-anak muda untuk memilik karakter terpuji. Kemarin di KRL menuju Cisauk saya melihat contoh nyata hal itu. Di antara orang-orang yang bermain handphone atau tidur2 ayam, seorang muda berseragam Pramuka asyik dan serius membaca.

Jika ini terjadi di subway/KRL Tokyo tentu bukan hal luar biasa. Tapi ini terjadi di kota yg konon tingkat literasinya sangat rendah, dan terlihat lebih mencolok karena dia memakai seragam Pramuka.
(M. Gunawan Alif).
____________

(2)
Respons Pertama Amroeh Adiwijaya
Di WAG GAKKNAUI (8 Mei 2025)

Keterangan:
Postingan Flyer Amroeh yang direspons mBin dengan, "Baca, baca!"
-----

Opini:
Saat ini, mengenakan seragam Pramuka (saja) sudah jarang kelihatan, yang mengenakan pun kebanyakan kurang percaya diri.

Pengisian struktur KWARNAS PRAMUKA pun berdimensi politik praktis.

Lalu bagaimana bisa DASA DARMA Pramuka diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari? Apalagi oleh pejabat negara?

Dan sosok Pramuka yang sedang membaca di KRL itu patut diacungi jempol, dan patut diviralkan.
🆗💪💪😃
__________________

(3)
Respons Kedua Amroeh Adiwijaya
Di dua WAG (9 Mei 2025)

🙏😃
"BUKU CETAK VS ONLINE"

Postingan mas mBin/@⁨UI. Bambang Intojo-mBin AdiwidjojoFISIKA80⁩, kemudian respons dari mas BeWe/@⁨UI. BeWe BAMBANG WACHYUDIANTO⁩ dan mas @⁨UI BAMBANG WIJANARKO⁩ di atas, (itu saja) dapat menandakan adanya pro-kontra cukup tajam, lebih afdhal (utama) mana antara membaca buku cetak atau online.

Dan benar, keduanya memang memiliki keistimewaan dan pendukung masing-masing, yang tentu tidak akan ada titik temu mana di antara keduanya yang paling valid.

Simplenya saja, dari sisi buku, akan didapat pengetahuan lebih detail dan mendalam-meski lebih mahal, sedangkan online/HP lebih praktis dan murah, apalagi kalau ada Free Wifi, dan bisa disambi (sambil) berselancar ke mana-mana.

Dan kalau mau lebih khusus, nampaknya bisa dikerucutkan pada faktor persaingan ekonomi, yaitu kekhawatiran akan hancur-leburnya bisnis perbukuan/percetakan oleh sang pesaing: Online, E-book.

Kalau mau bernalar kekinian, rasanya online (IT) akan leading, menang, lagi pula sesama IT pun terus berpacu untuk maju. Sebagai contoh, produk Nokia yang berbasis pra/non Android takluk pada Android, dan begitu estimasi selanjutnya, IT akan saling terus bergerak ke depan.

Sikon yang terus berubah itu merupakan hukum alam, yang dalam Islam disebut "sunnatullah" yang tidak bisa dibendung oleh siapapun.

Seperti Nokia yang berpromosi mengajak konsumen untuk kembali ke produk non Android namun gagal, maka saya yakin akan bernasib sama kalau ada yang berpromosi untuk kembali ke buku cetak.

Promosi untuk setback-kembali ke belakang hanya berhasil sebagai peneguh bagi penggemar atau kolektor buku cetak seperti saya atau mas @⁨UI. Bambang Intojo-mBin AdiwidjojoFISIKA80⁩, atau fanatikus buku cetak yang lain namun Gpp meski minoritas.

Itu juga yang dikatakan oleh dua anak saya yang Gen Z; Bisa dibilang sekedar mengajak untuk bernostalgia, reunian atau melestarikan penggemar barang antik. Tentu setelahnya, telinga kedua anak saya itu dijewer Mamanya yang fanatikus buku cetak, karena yang utama, mereka lupa segalanya kalau sudah pegang HP.

Akhir kata, tentu excellent-bagus kalau dilakukan berimbang antara membaca buku cetak dengan Online/E-book.

Salam sehat selamat dan sejahtera untuk kita semua.

Gresik, Jum'at 9 Mei 2025,
pukul 01:30
(menjelang salat Tahajud).
amroehadiwijaya@gmail.com.
---------------
NB.
Lebaran yang lalu saya merilis E-BOOK BLOG (terlampir repost di bawah).
Yang saya senang, kedua anak saya mengapresiasi apalagi ada ungkapan "gratis" nya: Bagus, berarti Papa ngikuti trend, dan bagus saja meski dengan "Blog gratisan", hehehe...
⬇️

      
      🩸
https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/03/ebook-blog-amroeh-adiwijaya.html


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

Gambar
PANDUAN UNTUK MEMBUKA   TIAP JUDUL: Di bawah tanda 🩸(merah): --- Pada Blogspot: Tekan dan klik mulai "https" sampai "html" kemudian buka dengan "Chrome" atau aplikasi lain. --- Pada Drive: Tekan dan klik mulai "https" hingga "drivesdk" kemudian buka. --- Pada QR Code: Buka dengan Google. --- Pada JPG di blog: Tekan seperti pada Blogspot di atas. _________________________________ KATA PENGANTAR Foto:  Amroeh Adiwijaya                            🩸 https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/03/kata-pengantar.html _____________________________________ (A) RELIGI (35 Judul) Opini pilihan mengenai               .        keagamaan/kerohanian                           🩸 https://amroehadiwijaya.blogspot.com/2025/03/a_24.html ___________________________________ (B) GERAKAN A...
Baca selengkapnya

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

Gambar
Opini Minggu Siang Amroeh Adiwijaya " AGAMAMU APA?" Sekitar tiga bulan yang lalu, dua member di satu WAG yang saya ikuti, sealumni-almamater multi SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), untuk memudahkan saya sebut A dan B, berpolemik menanggapi sebuah video yang menurut saya biasa-biasa saja, tidak menyebabkan menghentak emosi, dan harusnya tidak mengundang sensitifitas SARA dan sebagainya, namun berkembang A bertanya, "Apa agamamu?" sehingga membuat B murka. B akan melaporkan ke Polisi segala dengan argumen, pertanyaan A itu mengganggu kedamaian dan melanggar hak asasi manusia. Saya pun tergelitik untuk komen. Saya tulis singkat: Kita tidak perlu sensitif apalagi "over" dan membiasakan diri untuk menganggap kata-kata yang demikian atau mirip-mirip itu adalah hal yang lumrah, biasa. Kalau anda (B) menjawab lugas saya yakin tidak akan berkepanjangan. Saya tambahkan: Saya sendiri beberapa tahun yang lalu mendapatkan pertanyaan yang sama dari...
Baca selengkapnya

(124) SOFIAN EFFENDI

Gambar
Opini Jum'at Pagi Amroeh Adiwijaya Respons berita media, Sofian Effendi menyampaikan pernyataan mengenai ijazah Jokowi kemudian mencabut dan meminta maaf. ------------- Dialog "imaginer" di internal keluarga Sofian Effendi (SE) mengenai sengkarut masalah ijazah Jokowi: SE: Saya 'eneg dengan hingar bingar polemik ijazah Jokowi yang sudah sekian tahun tidak selesai, dan saya dengar langkah pihak UGM pun melenceng jauh. Maka meski tidak muda lagi tapi saya masih terpanggil untuk menegakkan kebenaran terutama untuk UGM apalagi saya pernah menjadi rektor. ANAK: Sudahlah Pak, tidak usah ikut ngurusi kasus itu, biarkan oleh yang muda-muda, bapak istirahat saja supaya kesehatan fisik mental tidak terganggu. SE: Tidak bisa, darah bapak ini darah pejuang, harus berjuang sampai akhir hayat. CUCU: Kakek benar, saya support kek, dan saya koordinir agar kakek bicara ke publik, ya?. Maka SE pun muncul ke publik dan meledaklah pernyataannya yang "menyerang" Joko...
Baca selengkapnya