(104) "BERHAJI DAN OLEH-OLEH"
CERPEN seduluran menjelang istirahat siang
"BERHAJI DAN OLEH-OLEH"
Berdasar informasi sepupu senior, mbak Hj Najiyah, domisili kota Gresik, lebaran yang lalu, kalau pada musim haji ini, sang putri tunggal, suami dan ibu akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, maka kemarin sore, Selasa 6 Mei 2025, di WAG keluarga, saya chat bertanya kepada beliau, "kapan rencana berangkatnya, mbak? Semoga seluruh persiapan berjalan lancar dan baik".
Beliau menjawab, "tadi pagi wis berangkat, Bro" kemudian beliau menshare foto dan video saat keberangkatan. Saya pun rodok kaget.
Ternyata chat singkat saya itu bermanfaat karena kemudian membuat WAG yang biasanya sepi, menjadi rame, menyulut anggota WAG yang lain untuk merespons dengan doa-doa. Alhamdulillah.
Yang bagus, seluruhnya khusyuk, nggak ada chat selengekan misal, "mugo-mugo membawa pulang oleh-oleh yang banyak", hehe....
Bener, balasan chat beliau itu sempat membuat saya kaget, tapi nggak lama. Pikir saya, nanti saja kalau sudah balik ke tanah air saya akan ziarah haji, bukan pingin untuk mendapatkan oleh-oleh tapi untuk mendapatkan doa, karena ada mitos(?) yang menurut saya bagus-bagus saja, "doa dan tangan orang yang berhaji membawa berkah sampai 40 hari setiba kembali di rumah".
Itu pula yang saya dan istri alami, tahun 1999 setiba kembali di rumah, juga oleh bapak dan ibu tahun 1986, di mana banyak kerabat dan famili yang hadir berziarah haji, meski tanpa diundang, sebuah tradisi yang bagus.
Haji bapak dan ibu
Februari 1986 sekitar pukul 09:00, beliau berdua meninggalkan rumah, untuk lebih dulu menuju kantor Bupati Gresik kemudian jemaah haji se-Gresik berangkat bersama ke asrama haji Sukolilo Surabaya.
Di rumah, beliau berdua dilepas dengan sambutan singkat oleh pak KH.Nadjih Ahjad, Maskumambang, sesama Dukun Gresik, keponakan ibu, yang tentu kami bersaudara ada yang terisak haru.
Tidak saya duga, sore harinya, sehari sebelum yang berhaji naik montor mabur (pesawat terbang), sewaktu saya dan beberapa saudara mengunjungi ke asrama haji, kami bertemu dengan beliau, pak Nadjih, yang tentu kami senang dan mengucapkan matur nuwun.
Berikut tentang oleh-oleh haji.
Setelah Empat puluh hari berhaji, dan setiba kembali bapak dan ibu di rumah dengan sehat selamat dan lancar, Bude Firo yang saya bersaudara biasa menyebut "Wak ibuk", mbakyu ibu saya, Hj Musfiroh (suami: KH Ammar Faqih) mertua pak Nadjih, di sela-sela ikut menyambut kehadiran kerabat yang berziarah haji, saat saya membersihkan mobil di belakang rumah, (Wak ibuk) ujug-ujug menghampiri saya.
Beliau yang kediamannya "beradu punggung" (adu pantat?) dengan kediaman ibu-bapak, depan pasar Dukun Gresik, yang dititipi ibu untuk mengawasi kami bersaudara itu bertutur, "Wak ibuk tadi tanya ibumu tentang oleh-oleh haji untuk awakmu, dan Wak ibuk sempat nggerumengi/nyentil, karena ternyata sama sekali nggak bawa padahal membawa untuk saudara-saudaramu, meskipun kata ibumu, awakmu memang berpesan nggak perlu dibawakan oleh-oleh haji".
Saya pun menjawab dengan ta'dhim, "mboten punopo Wak Ibuk. Beliau, adik Wak ibuk itu benar-benar sosok ibunda yang baik, berkenan untuk memenuhi permohonan dalem (saya) agar tidak perlu membawa oleh-oleh untuk dalem, lagi pula dalem sudah senang kalau oleh-oleh itu hanya untuk dulur-dulur dalem".
Saya tambahkan, "Yang utama bagi dalem adalah beliau berdua kembali ke rumah dengan sehat-selamat dan mendapatkan haji yang mabrur", ungkapan yang membuat raut wajah beliau nampak berbinar haru.
Tentang oleh-oleh itu banyak cerita yang lain, tapi nggak perlu saya tulis di sini.
Haji saya dan istri
Sebenarnya banyak cerita motivasi yang bisa saya tulis, tapi ngapunten, kapan-kapan saja nggih! Dan kali ini yang santai, hanya dua cerita.
Tahun 1999 itu saya dan istri mendaftar haji dan beberapa bulan kemudian langsung bisa berangkat.
Dan ini tentang mbak Najiyah. Atas pengalaman beliau berhaji, beliau memberi saran, "awakmu sing pinter boso Arab, nggak perlu-lah bergabung dengan KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji) manapun.
Saya pun menuruti, meski sebelum berangkat, istri sempat menangis agar ikut KBIH tertentu, Napa? Karena setiap bertemu dengan sesama calon haji selalu ditanya, "ikut KBIH apa, mbak Ika/Bu Amroeh?".
Akhirnya istri paham maksud saya, karena di tanah suci Alhamdulillah kami dapat menjalankan ibadah dengan baik, yang ternyata berkebalikan di mana yang ikut KBIH, di sana malah ada yang tidak diurus oleh KBIH-nya.
Sejak keberangkatan hingga pulang, yang mengurus jemaah sudah diatur rapi oleh pemerintah kita, ada petugas pimpinan kelompok, tim manasik haji (kyai), tim kesehatan dan sebagainya.
Singkat cerita, setiba kembali di rumah.
Suatu sore, hadir sepasang famili untuk ziarah haji ke rumah.
Sewaktu pulang, eh... mobil yang dikendarai mogok, padahal mobil relatif baru. Karena nggak ada orang lain, saya pun mendorong sendirian, dan Alhamdulillah mobil berhasil jalan. Tapi berikut efeknya...
Esoknya saya sakit, sekujur tubuht terutama boyok berasa kaku luar biasa, untuk bergerak pun sakit.
Sampai-sampai saya hanya bisa berada di tempat tidur sewaktu H.Najib Ahwan (Alm) dan keluarga, famili dekat berkunjung ke rumah.
Dasar sahabat sejak kecil yang selalu saling guyon, dia berucap sambil cengesan, "Awakmu wis nulis wasiat ta Am?", kwkwk...
Karena tiga hari nggak sembuh, saya pergi ke rumah sakit, sampai-sampai harus di USG segala, dan kata dokter, "saya nggak sakit apa-apa, Alhamdulillah". Tapi dua hari berikutnya saya kok belum sembuh juga?
Atas saran bapak, saya pijat.
Dengan mendatangkan ahli pijat cewek ke rumah (mbah-mbah lho!) keesokan harinya Alhamdulillah saya berangsur dan terus sehat kembali.
Lalu apa penyebab sakit? Ternyata karena otot-otot saya meregang tegang dan protes sewaktu mendorong mobil mogok beberapa hari yang lalu.
Dan saya pun tentu ingat sepanjang masa, setelah sembuh, saya kaget senang bercampur haru dan bersyukur, saya kedatangan tamu kehormatan dari Gontor yaitu ustadz KH.Hidayatulloh Zarkasyi/@G Hidayatulloh Zarkasyi dan ust Dihyatun Masqon (Alm), yang kemudian saya kepaksa mau untuk memimpin doa dihadapan dua kyai itu karena alasan (saya) baru datang dari Haramain di atas.
Terakhir, pasti pembaca ada yang bertanya mengenai oleh-oleh haji, baik semasa bapak-ibu maupun saya: Adakah oleh-oleh untuk tamu yang berziarah haji? Jawabnya, ada-lah. Tapi membeli di mana? "Itu rahasia kami, duhai Bro & Sis, hahaha.....".
Salam sehat sejahtera untuk kita semua.
------
Bersambung, kapan-kapan, Ok.
Gresik, Rabu 7 Mei 2025.
amroehadiwijaya@gmail.com
Komentar
Posting Komentar