PAK DIPO
.
"TRUE STORY"
JELANG
REHAT MALAM
------
WIS TALAAA.... Percoyo-o Nek Nyambung Seduluran Iku Mberkahi..!!!
------
Pengantar:
Sekedar berbagi kisah ringan tanpa maksud "ujub" dan sebagainya, kisah sederhana yang bagi saya "spektakuler", Yang merupakan pengulangan yang kemarin tanggal 30 Januari 2022 saya utarakan di forum acara silaturahmi keluarga besar MBAH RAIS (IKBR).
-----
Saya berpikir dan berperilaku logis manusiawi sederhana saja, ya, meski sebenarnya bernuansa agamis, bahwa kita punya dulur top markotop di bidang masing-masing itu bangga, dan kalau saat penting boleh kita manfaatkan. Saling membantu itu harus. Itu saja. Whay not?
Wahai dulur-dulur, saya adalah orang ndesit from nDukun, dulu perantau di Jakarta.
Saat kuliah, Alhamdulillah, tahun 1984 terpilih lewat pemilu yang ketat jadi ketua umum Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (SM.FHUI).
Waktu itu saya mendapat info, Rektor UI, Prof Noegroho Notosoesanto ingin agar film G.30.S bisa ditonton gratis oleh seluruh warga UI, hanya... Rektor cuman mau keluar biaya untuk sewa gedung dan biaya operasional.
Para ketua SM, termasuk dari fakultas Kedokteran, Teknik, Ekonomi (anak menteri), MIPA, dan lain-lain tidak berhasil mendapatkan karena, antara lain, film sedang Box office diputar di gedung-gedung bioskop papan atas Jakarta, padahal di antara mereka ada anak menteri segala.
Pagi itu ujug-ujug terbetik di hati, saya kan punya famili sesepuh IKKAD/organisasi kekeluargaan di mana saya ada di dalamnya, yang menjabat sebagai pimpinan PT Produksi Film Negara atau biasa disingkat menjadi PFN, yang memproduksi film G.30
S, juga film Si-Unyil.
Pikir saya, "napa nggak saya manfaatkan?".
Maka langsung saya katakan kepada wakil ketua saya, "percayakan ke aku, film itu pasti bisa kita putar/oleh SM.FHUI", meskipun dia menanggapi sinis, "Ah, 'elo bisa aja mas!".
Saya bilang seperti itu "just from my good feeling" semata, tepatnya mendapat "Ilham" padahal saya tidak mengenal dekat dengan sosok Mayor Jenderal pak Ghufron "G" Dwipayana, sebutan popnya: "pak Dipo" (Qabilah Nyai Hj.Alimah, IKKAD) orang dekat Presiden Soeharto.
Lagi pula beberapa kali beliau hadir pada acara besar IKKAD tapi kebetulan saya tidak hadir, yang otomatis tidak berjumpa.
Usai shalat Jumat, saya naik Bajay ke kantor beliau, sendirian.
Tamu yang ngantere banyak, apalagi ternyata hari itu beliau hari pertama masuk kerja setelah menunaikan ibadah haji.
Di buku tamu saya tulis nama, dengan keterangan "Ketua SM.FHUI dan anggota keluarga IKKAD Qabilah KH.RAIS".
Setelah satu tamu keluar dari ruang kerja beliau, tidak saya duga, saya yang dipanggil masuk oleh receptionist untuk bertemu beliau.
Saat duduk, saya direspon amat singkat, "Baik nak (Nak!) permintaanmu saya penuhi, dan untuk selanjutnya silakan berhubungan dengan pak RUSLY YACOUB staf saya".
Saya pun berucap matur nuwun yang beliau tanggapi, "sudah nak ya, saya masih banyak pekerjaan!". Saya pun terbengong dan langsung pamit kembali ke kampus Rawamangun (belum kampus Depok) dengan gembira tak terkira sampai-sampai di atas Bajay yang saya kendarai, sesenggukan haru bahagia.
Pelaksanaan pemutaran film Alhamdulillah berlangsung sukses, tiga sesi pemutaran dalam satu hari, di gedung bioskop satu komplek dengan Gelanggang olahraga Mahasiswa "Soemantri Brodjonegoro" Kuningan Jakarta Selatan.
Dan ini yang lebih Alhamdulillah lagi, sejak saat itu nama saya tambah terkenal, dan yang lucu ada yang nyeletuk: "Kamu Amroeh, aku kira orang katrok udik, kismin pulak, nggak tahunya punya power dan Om seorang Jenderal..." Hahaha....
Gresik, malam Imlek,
31 Januari 2022.
amroehadiwijaya@gmail.com.
----------
Komentar
Posting Komentar