NAJIB AHWAN

IN MEMORIAM
NAJIB AHWAN

Oleh:
Amroeh Adiwijaya

-------
Pengantar:
Perkenankan dan mohon maaf jika tulisan ta'ziyah ini mungkin ada yang menilai tidak lazim/kurang khusyuk. Namun sengaja saya tulis tak lain demi penghiburan untuk keluarga yang ditinggalkan, 'ala ulah "Mongol" komika (stand up comedy-an) papan atas kita yang tampil di rumah duka justeru mendapat honor Rp 40 juta. Maksud saya tidak ada kaitan dengan honor di atas namun mudah2an tulisan ini dapat dinilai sebagai penanda bahwa almarhum Najib memang sosok yang periang, humoris dan baik serta husnul khatimah.
-----

Kami famili dekat dan sepermainan sejak MI di desa, Dukun Gresik. Satu kelas dan berangkat nyantri ke Gontor (1969) pun sama-sama.

Saya ingat betul, awal keberangkatan kami ke Gontor (1969) itu kami diantar oleh mas Ghozi Ahwan (almarhum), kakak Najib yang alumnus Gontor.

Yang menurut saya aneh, Najib sedih bukan main padahal perangainya selalu ceria sedangkan saya yang rada melankolis justru riang gembira.

Akibatnya pun ada, dia sempat nyantri cukup 4 tahun dan saya meski dalam sikon up and down mampu full 6 tahun (novel OPERA VAN GONTOR: Gramedia 2010).

Saking cerianya, suatu saat tahun 1977 kami berdua berboncengan speda motor berbelanja pakaian untuk lebaran ke toko NAM Surabaya (sekarang Sogo plasa).

Kami kepincut untuk membeli celana panjang merk 99 yang iklan gencarnya di radio dan koran berbunyi, "jatuhnya enak" (jatuh kainnya!), yang diplesetkan Najib, "jatuhnya tidak sakit", hehe...

Kami mulai sedikit berpisah sejak dia menikah, kemudian saya beralih bersahabat dengan adiknya, Moh Husni dan setelah menikah beralih lagi ke adiknya, Faqih (almarhum), yang tentu jadi ledekan Najib, "ayo ndang nikah, Am, mosok berganti berteman seperti turun ranjang", kwkwk...

Dia yang jadi anggota di banyak WAG Alumni Gontor dengan saya, yang biasanya dia "silent/diam" namun aktif japrian dengan saya, biasa, sekedar tentang yang ringan-ringan.

Dan tak terduga sekitar seminggu yang lalu dia mosting sesuatu yang "dahsyat" di WAG ABU SITTIN dan saya japri, "tumben mosting begituan mimpi apa kamu Jib?", jawab awalnya ringan, "mana ada, Am?" Dan setelah saya tunjukkan bukti, dia menjawab cengengesan, "HP ketutul jari, Am, haha..".

Kami bertemu muka terakhir 6 Maret 2021 yang lalu di Gontor pada acara walimah pernikahan ponakanannya, putri adiknya - istri ustadz Hidayatulloh Zarkasyi, dan seperti khasnya, dia sumringah.

Yang jadi firasat kurang baik, tiga hari yang lalu Najib keluar dari semua WAG, dan saya japri "nyapo/mengapa Jib?", namun tak ada jawaban.

Maka saya benar-benar kaget ketika tadi pagi sekitar jam 05:00, Moh Husni adiknya menelpon ke no biasa saya. Karena malam WA saya off-kan sehingga kalau tengah malam atau pagi buta ada telpon masuk pasti tentang hal darurat.

Dan benar terjadi sesuatu yang mengejutkan, Najib, sahabat saya yang berputra lima, bercucu dan wiraswastawan sukses itu berpulang ke rahmatullah.

Info itu bagai sebuah lagu Grace Simon, BING karya Titiek Puspa tentang meninggalnya Bing Slamet: Di mana bagi saya bagaikan petir di siang hari, dunia sepi tak ada lagi canda tawa ria.

Innalillahi wainna ilaihi raji'un.

Saya sekeluarga sangat berduka dan doa segala kebaikan aku panjatkan untukmu dan keluarga yang kamu tinggalkan, Najib.
Amin ya Rabbal alamin.

Selamat jalan ke alam keabadian, sahabatku yang baik, saya pun akan menyusulmu.

Salam ta'dhim untuk anak dan cucu, istri serta keluarga besarmu!

Gresik,
8 Juli 2021.
-----

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI