*MINIMALIS

"MINIMALIS"

Karena nggak bisa nandingin tulisan Bib IMAM BESAR A. HAMID HUSAIN ra, gdA⁩ yang begitu wadhih, maka saya nulis santai saja, Ya 'ala-'ala biar WAG semangat bahas kerohanian, hehe ....

Dulu, saya pernah nulis di WAG Old kita, WAG yang kemudian nggak tahu napa dibubarin sama Ust Ustuchori, tulisan saya menanggapi santai postingan Bib HAMID HUSAIN ra, gdA⁩ mengenai "Doa agar rumah penuh berkah".

Tulisan saya yang ter-file rapi itu tepatnya tertanggal 1 Juli 2024 jam 08:34, dengan judul "Pahe", paket hemat, kalimat untuk jenis paketan internet yang diminati poro yang berkantong cekak.

Kali ini saya gunakan judul di atas untuk mengimbangi judul Bib Hamid, "Kabur" karena terburu-buru, yang saya analogikan dengan jenis pagar atau rumah kekinian dengan sebutan, "Minimalis".

Minimalis sendiri bermakna sederhana, praktis, murah meriah, tidak njelimet,  tidak neko-neko dan tidak mahal.

Jenis itu yang banyak diminati orang masa kini, kecuali yang konservatif, kaum sepuh sekaligus yang berkantong tebal.

Mengenai "jangan buru-buru kabur dari masjid atau setelah salat" itu, saya tidak mengutip sabda apapun, tapi sekedar cerita (dua cerita) agar para Da'i juga bijaksana dalam berdakwah.

Pertama:
Masa saya remaja, ayah yang istiqamah salat berjamaah di mushalla dekat rumah itu, usai salat berjamaah Maghrib, pulang ke rumah untuk makan malam dengan ngendiko (bilang) ke ibu, "saya pulang saja, nggak ngikuti petuah Ali (penceramah-tetangga) yang menyerukan jamaah untuk tetap di mushalla sampai tiba waktu salat Isya". Ibu pun menanggapi, "Ah, Ali. Iyo, karena dia pensiunan yang nggak punya kegiatan lain, yang beda dengan orang lain yang masih punya kegiatan macam-macam", dan dilanjutkan, "setelah ini bapak juga akan menerima tamu yang sudah janjian, kan?".

Kedua:
Di masjid desa yang saya biasa salat Jum'at, ada imam salat Jum'at berdurasi lama sambil menangis tersedu-sedu saat membaca surah "Al-Zalzalah". Apa komen jamaah sesaat usai salat?, Ada yang nyeletuk (dengan istilah sekarang), "Walah Bro, mbok yo ingat makmum yang masih banyak kesibukan, lagi pula kiamat masih nanti-lah".

Dari hal-hal di atas dapat diambil hikmah, bahwa kegiatan dan seruan apapun oleh siapapun kudu bijaksana, karena, khususnya umat itu sikonnya macam-macam dan tidak dapat digeneralisir.

Lalu, apakah yang khusyuk berdoa itu hanya orang-orang sepuh atau yang tajir melintir? Nggak juga, karena kaum muda yang kepepet uang alias bokek, juga yang mengejar posisi apapun, disuruh baca Alfatihah 100 ribu kali dalam sehari pun dilakoni. Nurut meski nggak minimalis.
---------
Salam sehat bahagia untuk kita semua, members WAG.
Dan khusus untuk Bib A. HAMID HUSAIN ra, gdA⁩, saya berwasiat, "istiqamah nulis tausiyah harian rutin, nggih!". Amin.
Barakallah.

Afwan wa syukran
😃🤝🙏

Gresik, minggu 9 Februari 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI