*** MENDIANG DAN BUYA SYAKUR

"MENDIANG" DAN BUYA SYAKUR

Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Semoga Khusnul khatimah.

Ungkapan kalimat Inna ilaihi Raji'un yang bermakna, "Sesungguhnya kita semua milik-Nya dan kepada-Nya kita kembali" adalah yang selalu Muslimun ungkapkan ketika sesama muslim meninggal dunia, dan nampaknya sudah menasional, maka Gpp jika pun diungkapkan kepada non muslim sebagaimana juga Gpp kalau non muslim mengungkapkan kalimah itu jika pemeluk agama apapun meninggal dunia.

Sebuah kalimah universal dan telah memasyarakat yang saya tahu dan saya tidak protes sedikitpun sering juga diungkapkan oleh pengkhotbah dari agama Kristen.

Juga dengan kalimah "Almarhum/Almarhumah" yang bermakna "semoga Allah memberi Rahmah" kepada yang telah meninggal dunia, meski terdapat beda pendapat di mana ada Muslimun yang mengklaim bahwa kalimah itu khusus kepada muslim karena merupakan doa khusus Muslimun, dengan (yang saya tahu) dua argumen berikut.

Pertama, Kristen sudah memiliki sebutan "Rest In Peace (RIP)", Kedua; Lebih baik menggunakan istilah bahasa Minangkabau, Mendiang (laki-laki) atau Mendiangko (perempuan), namun tidak berkembang, lagi pula apakah warga Minangkabau rela istilah itu digunakan?

BUYA SYAKUR

Almarhum yang disebut "Buya" awalnya saya pikir asli Minangkabau, ternyata asli Indramayu Jawa Barat yang logat bahasanya "ngapak-Tegal" sedaerah dengan pesantren AL-ZAITUN punya Panji Gumilang (asli Gresik Jawa Timur) yang disebut Syaikh, sesepuh arab.

Perkembangan sebutan kepada tokoh agama Islam sekarang memang campur aduk, tidak lagi berdasar kedaerahan asal sang tokoh, sehingga tidak jelas lagi pemisahan sebutan misal, Buya dari Minangkabau, atau Gus bagi keturunan (dhurriyah) kyai asal Jawa Timur dan Jawa Tengah, atau Tuan Guru (TG) asal NTB, dan asal daerah lain-lain, juga "Ajengan" asal Pasundan, Sunda, yang pas disematkan kepada almarhum kyai Syakur.

Campur aduk itu sama terjadi di kalangan Kristen, karena ada Pendeta yang disebut Pastur.

Dari info wafat dan cuplikan video ceramah Buya Syakur di atas, bisa saya pahami kalau diposting oleh non muslim, di mana ceramah yang menyejukkan kemanusiaan universal-lah yang digemari oleh penganut agama apapun, sama seperti kesukaan HOTMAN PARIS HUTAPEA pada ceramah Ustadz Abdus Shomad (UAS) dan AA GYM.

Karena sebab serupa, saya pun kadang memutar khutbah pendeta/pastur.

Dan tidak heran pula ketika kawan Kristen saya memutar lagu-lagu NISSA SABYAN justru ketika natal, dan seorang pastur mendahului setiap doanya dengan membaca ALFATIHAH.

Salam sehat selamat sukses penuh damai untuk kita semua.

Gresik, 17 Januari 2024.

aroehadiwijaya@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI