*** KONDANGAN
CATATAN BUDAYA LOKAL
Amroeh Adiwijaya
"KONDANGAN"
----------
Pengantar:
Hallo mbak Hj.@Bj Muthmainnah As'ad from Bojonegoro-Bekasi:
1. Postingan video undangan pernikahan di atas mengilhami saya untuk menulis topik "budaya" lokal ringan yang terjadi di daerah Dukun Gresik dan sekitarnya, era kanak-kanak saya hingga owut sekarang, tanah kelahiran Mbah KH.Abdul Djabbar, cikal bakal keluarga besar IKKAD.
2. Undangan di atas saya anggap sebagai "display" iklan, bisnis(?), dan karena sama sekali tidak ada niat untuk "protes" maka mohon maklum jika ada senggolan materi.
----------
Kondangan, sinonim Kenduri, Walimahan, Syukuran sunatan/Mbayek/Khitanan/Kajian, Hajatan, sebutan lebih keren "Pesta" dan sebagainya, biasa diselenggarakan oleh masyarakat Dukun sejak "kolo mendo" dengan skala kemewahan macam-macam, dan tulisan ini khusus menyoroti tentang "amplop, sumbangan, kado, angpao" yang diberikan oleh yang diundang maupun tidak.
Napa? Bagi masyarakat era kini mendatangi undangan kondangan sangat merem melek dan ngelus dada ragu penuh perhitungan, hadir atau tidak, tidak hadir ada perasaan nggak enak, sungkan, nggak pantes dan sebagainya, adapun kalau hadir akan berat di amplop, nilai sedikit apalagi kosong gelondangan kuatir digerumengi.
Dulu, di Dukun, setiap undangan acara apapun, yang diundang tidak berpikiran untuk memberi sumbangan: Hadir dapat suguhan lezat plus berkatan, dan pengundang pun tidak mengharap balasan. Masing-masing melakukan dengan ikhlas tanpa niat harus take and give dalam bentuk materi. Bagi pengundang just give and give, hanya memberi dan memberi untuk mohon doa restu.
Ada memang istilah "buwuhan" namun terbatas bagi emak-emak kerabat atau tetangga dekat, namun itupun membawa hal "ngenes" kasihan bagi yang tidak mampu, ternyata ada yang membawa sumbangan berupa garam (betul, garam kasar kiloan yang dibungkus seolah beras). Siapa nama pembawa? Nggak ketahuan karena mereka datang berombongan dan bawaan langsung ditumpuk secara acak. Emak itu insya Allah tergolong mukhlisin dan ahli sorga, amin.
Itu juga terjadi era kini, ada hadirin yang memasukkan amplop kosong, tentu anonim alias tanpa nama. Pikirnya sederhana: Mosok makan di kondangan membayar, koyok di restoran aja!
Ada juga, dulu, yang dilakukan seorang pendatang di dusun Omah sawah Dukun, menyelenggarakan acara Walimahan dengan nanggap pencak silat (segala) plus buwuhan. Walimahan apa itu? Rabi maneh/matsna.
Yang konyol juga ada, kondangan diharap balik modal bahkan mendatangkan untung, acara dibuat awal bulan gajian tepat saat istirahat atau setelah jam kantor sehingga diharap kolega sekantor bisa hadir. Pikirannya praktis, mereka dulu juga begitu, tapi kemudian nangis golong koming karena ternyata rugi, apalagi biaya dari utangan.
Kembali pada display undangan. Surat undangan generasi Z online maupun cetak tradisional yang mencantumkan simbol "guci" atau bahkan dengan mencantumkan nomor rekening Bank pertanda pengundang meminta amplop, sedangkan seperti pada display undangan di atas yang tidak mencantumkan kalimat "tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun" bermakna yang diundang bebas untuk memberi amplop atau tidak. Namun era kini (maaf berpikir lumrah dikit) mosok iyo pengundang tidak berharap amplop atau kado?
Dan adakah masyarakat Dukun era kini yang tidak terkontaminasi dengan perkembangan dunia luar yang serba materialistis, menyelenggarakan kondangan 'ala istilah baru "pra jembatan" (Jembatan Dukun-Karang Binangun Lamongan yang dibangun tahun 2000 itu benar-benar merubah drastis budaya asli Dukun, kejahatan kriminal pun sering terjadi) yaitu menyelenggarakan
dengan semampunya dan mencantumkan dengan tegas pada surat undangan "tidak menerima atau menolak sumbangan dalam bentuk apapun" serta benar-benar konsekuen menolak jika ada yang menyumbang? Alhamdulillah masih ada, dan itulah sejatinya nilai ajaran leluhur yang terpuji yang patut dilestarikan.
Menyelenggarakan kondangan memang kudu niat suci ikhlas lahir batin sejak dari hati sehingga terkabul kajate dan penuh berkah, amin.
Salam sehat bahagia murah rizki lahir batin untuk kita semua dulur-dulurku IKKAD.
amroehadiwijaya@gmail.com
Gresik, Sabtu, 16 Juli 2023
Tulisan 15 menit
Setelah subuhan di masjid.
Alhamdulillah.
-------------
Komentar
Posting Komentar