** DIKEJAR UANG
Cerpen: Beda nurani orang suci dengan pencoleng koruptor
"DIKEJAR UANG"
Amroeh Adiwijaya
Pada umumnya ungkapan judul di atas dikonotasikan pada orang yang berkecukupan materi yang bekerja biasa-biasa bahkan santai tapi rezekinya moncer berlimpah.
Berkebalikan dengan orang yang bekerja jungkir-balik namun hasilnya minim bahkan gagal.
True story-kisah nyata ini berskup kecil-wong cilik dari seorang teman namun dapat didimensikan luas.
Suatu siang yang panas, 10 Januari 2025 sekitar jam 11:00, ketika berkendara sepeda motor dari rumah, wilayah kecamatan Manyar menuju pasar kota Gresik yang berjarak sekitar 5 kilometer, dia yang saat itu sendirian sempat tertegun.
Di tengah perjalanan, beberapa meter sebelum kantor Bank BTN cabang Gresik yang satu komplek dengan Mall Ramayana, dia melihat beberapa lembar uang pecahan Rp 50.000 terbang ditiup angin dari arah barat ke timur melintas di samping speda motor. Pada sikon lalu lintas dan orang yang sepi itu dia sempat terpikir untuk berhenti tepat di samping Bank BTN.
Pikirnya, "itu uang beneran, tapi punya siapa? Dan kok nggak ada yang mengejar?". Ia pun menepi.
Saat berhenti, uang terus terbang di atas aspal, dan berhenti tepat di samping roda depan sepeda motor. Benar-benar uang itu mengejarnya.
Uang diambil, dan dia tahu setelah dipegang kalau 2 pecahan 50.000 itu asli.
Karena tidak ada satu orang pun yang mencari, mengejar dan merasa memiliki, maka dia memasukkan uang ke saku celana dan berlalu pergi. Keesok harinya dia bertemu saya.
Dia mengatakan, "Aku ke pasar dengan uang pas-pasan kemarin itu untuk membeli Accu sepeda motor, kemudian, meski sempat merasa ada pertentangan di batin, Gpp kan Mas kalau seluruh uang itu aku belanjakan untuk membeli bahan makanan yang memang aku butuhkan untuk keluarga?".
Saya pun menjawab dengan penuh keyakinan, "Gpp, dan insya Allah uang itu halal untuk kamu. Hanya jangan lupa berdoa semoga orang yang pasti merasa kehilangan itu dapat mengikhlaskan dan diberi kemudahan rezeki".
Dilanjutkan, "waktu itu sampai sekarang aku mengingat satu kepercayaan lama yang membuat aku kuatir berefek negatif, bahwa, kalau menemukan uang semacam itu bagusnya langsung diamalkan/disumbangkan kepada orang atau pihak lain".
Saya jawab, "boleh-boleh saja "kepercayaan" semacam itu dikategorikan sebagai petuah kebajikan tapi bukan merupakan keharusan. Yang penting saat itu kamu tidak mendapatkan uang secara tidak benar, lagi pula kemudian memang kamu gunakan untuk membeli kebutuhan bahan makanan untuk keluarga".
Saya pungkasi, "Insya Allah uang itu halal, merupakan rezeki yang datang tak terduga saat kamu membutuhkan, dan di hatimu pasti ada niat untuk beramal atau bersedekah ketika suatu saat nanti ada kelebihan rezeki, bukan?", yang dijawab, "insya Allah, dan aku berjanji".
Terbetik di hati saya, "Ya Allah, di tengah hiruk-pikuk berita terkuaknya para pencoleng-koruptor negara akhir-akhir ini, Alhamdulillah masih ada hamba-Mu yang bernurani mulia yang merintih mohon perkenan hanya karena menggunakan uang 100.000 rupiah yang dia temukan dengan tidak sengaja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebuah kisah yang benar-benar menginspirasi saya.
Ya, Allah, muliakan kehidupan teman berhati suci-mulia yang saya sebut "wali-Mu" itu, dan mudahkan rezeki dia/orang yang kehilangan.
Jakarta, Jum'at, 14 Maret 2025
amroehadiwijaya@gmail.com
Komentar
Posting Komentar