*** BULLYING DI KALANGAN ATAS
Opini Amroeh Adiwijaya
"BULLYING DI KALANGAN ATAS"
HERAN MASIH ADA
Kejadian bullying pada pengambil spesialisasi kedokteran yang terkategori "kalangan atas" itu sudah lama terjadi dan dikeluhkan banyak kalangan tapi terus terjadi bahkan terakhir, kini, timbul korban jiwa.
Penyebabnya, tidak perlu beradu argumen muluk-muluk tapi cukup disimpulkan pada dua hal, yang kalau tidak dilakukan maka tergolong "goblok akut":
(1)
Karena Pimpinan Puncak (saya singkat PP) ogah dan ndablek bertindak untuk menertibkan, dengan banyak sebab antara lain asyik menikmati kebirokratannya, takut pada senioritas pembully-dokter senior, dan sebagainya.
Kalau PP mau bertindak tentu mudah, dikeluarkan saja keputusan yang jelas dengan sangsi yang tegas.
Contoh konkret sudah ada: Hingga akhir tahun 1970, MAPRAM (Masa Pra Mahasiswa) di mana mahasiswa senior menjadikan ajang pembullyan kepada mahasiswa yunior, mampu dihilangkan dengan keputusan tegas PP dalam hal ini Menteri pendidikan dan kebudayaan saat itu, dan pelaksanaan pun dijalankan dengan tegas dan konsisten.
Catatan: Sekarang menjadi OPSPEK(?), semoga tidak menjelma lagi seperti MAPRAM.
(2)
Dengan berbagai sebab, pengambil spesialisasi ogah melaporkan pembullyian yang dialami kepada yang berwenang, misal kepolisian, padahal sah dan harus diproses, dan pasti akan berfek jera bagi pelaku.
Maka keberanian korban harus dibangkitkan, yang dalam teori hukum berani bertindak sebagai "Whistleblower", pelapor jenis tindak pidana apapun.
Betul, hanya pada dua hal di atas yang seharusnya dilakukan, sehingga pembullyan hilang dari semua aspek kehidupan masyarakat sejak dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sampai tingkatan paling atas, sehingga goblok akut pun tidak terus bersarang di hati masyarakat.
Dan ingat, karena masyarakat kita sering bersikap ndablek, maka keputusan dan tindakan akan memble kalau PP dan Masyarakat sama-sama menjalankan dengan alon-alon asal kelakon alias "sak karepmu" pasrah.
Gresik, 18 Agustus 2024
Komentar
Posting Komentar