ALUN MENGALUN
"ALUN MENGALUN"
Pengantar:
a) Tulisan ini merupakan respons permintaan atas tulisan hari ini berjudul "Alun Waktu" oleh YUDI LATIF, kawan sealmamater, mantan kepala BPIP.
b) Kalau mengacu pada seni lukis, tulisan kang Yudi seringkali bernuansa "Surealisme", sedangkan tulisan saya seringkali "Realisme", seperti tulisan ini; realisme, cerita ringan era kanak-kanak, terilhami kata "alun" tulisan kang Yudi di atas, kemudian saya kaitkan dengan satu lagu kegemaran abadi saya di atas berjudul "Gelombang Alun" oleh penyanyi lawas, Almh Lilis Suryani.
-------------
Bengawan Solo memiliki kisah. Dua tahun pasca peristiwa pemberontakan G.30.S PKI, tahun 1967, dilewati ribuan mayat tak dikenal, mengambang mengikuti arus ke muara yang berjarak sekitar 35 kilometer, daerah Ujung Pangkah Gresik, peristiwa miris yang membuat saya mengelus dada dan menangis sambil berujar, "Subhanallah: Allah maha suci", "Dengan sesama anak bangsa kok bengis dan bersadis-sadis begitu?".
Seberang Bengawan Solo yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah saya (pedesaan Gresik) itu, bertanggul terkenal kokoh menahan air Bengawan Solo, sehingga kalau airnya meluap, karena debitnya sangat tinggi, yang kebagian banjir hanya wilayah seberangnya, desa/kecamatan saya yang tidak bertanggul, sedangkan daerah sana aman tenang.
Namun tidak yang saya kenangkan ini.
Saat daerah saya sudah kebanjiran cukup parah, menggenangi banyak rumah dan sawah, debit air semakin besar, tanggul di seberang sana tak mampu menahan luapan air, dan tanggul pun ambrol-jebol.
Hari itu, saya yang awal sekolah SD, sekitar pukul 02.00 WIB pagi buta gelap gulita (listrik belum masuk) dan hujan rintik-rintik yang sebelumnya deras, saya dan warga rumah terbangun kaget oleh suara gelegar, diiringi suara arus air yang sangat deras dahsyat.
Dengan raut muka ketakutan, kami meninggalkan tempat tidur, dan masih membungkus badan masing-masing dengan selimut karena dingin, berkumpul di ruang keluarga duduk bergerombol sambil menerawang apa gerangan yang terjadi di seberang sana.
Sesekali terdengar sayup-sayup teriakan minta tolong dan pekikan “Ya, Allah", "Allahu Akbar” berulang-ulang dari mereka para korban.
Dengan membawa senter dan lampu “ting”, lampu minyak tanah, bapak saya keluar rumah bergabung dengan banyak bapak-bapak sedesa, merencanakan tindakan apa yang dapat dilakukan.
Saat genting itu, tak henti-hentinya ibu dan nenek menuntun saya bersaudara untuk bersama-sama membaca surah Al-Fatihah, yang ayat-ayatnya mengandung makna permohonan perlindungan dan testimoni kepasrahan total dari hamba kepada Tuhannya. Merinding kami dibuatnya.
Para korban di sana adalah mereka yang semula membungkuk ketika berjalan-jalan tanpa alas kaki melintasi sawah yang tandus dan pecah-pecah, membungkuk berkali-kali untuk menghancurkan tanah di antara jerami dengan keputus-asaan, kemudian ketika masa ini berbalik hujan turun, ditambah air dari jebolnya tanggul yang memenuhi sungai dan sawah hingga jalanan pun dibajiri air meyapu hingga setinggi pinggang bahkan lebih.
Rumah-rumah hancur, hasil dan tanah pertanian dan hewan-hewan piaraan musnah, bongkahan gubuk-gubuk pun ikut tersapu air bah. Juga menelan korban manusia.
Adapun bagi warga desa kami dan desa-desa lain di sekitar terbebas dari musibah lebih besar karena tidak sampai dua-tiga hari usai tanggul jebol, sudah terbebas dari banjir, air berpindah memberi nasib naas kepada warga seberang.
Dan bersyukur, atas musibah ini banyak kalangan - terkhusus dari luar desa bahkan luar provinsi memberi simpati dan bantuan moril-materiel nyata kepada para korban, kemudian saya kaitkan dengan lagu yang saya kenangkan ini.
Kalau sebelum kejadian dahsyat, di sana sering diselenggarakan acara pawai Akbar mengecam peristiwa G.30.S PKI dengan mendatangkan orator ulung setingkat kabupaten, provinsi bahkan pusat Jakarta, maka pasca bencana banjir dahsyat ini berupa acara menyambut kedatangan para penyumbang, terlebih pejabat teras pusat. Lalu ....
Lagu yang sering diputar yang volume speaker/toa-nya terdengar nyaring sampai ke seberangnya, desa saya, Ya lagu itu: Gelombang Alun, lagu hit mengharu biru masa itu.
Gresik, Selasa 17 Desember 2024.
amroehadiwijaya@gmail.com
---------------------------
Link lagu GELOMBANG ALUN
🩸https://drive.google.com/file/d/11uN3zYoGe3SNRCJ0pqjdf61gxSJZh9Tb/view?usp=drivesdk
Komentar
Posting Komentar