*** "SERAGAM & SPEAKER HOREG"
Opini Santai Minggu Sore
"SERAGAM DAN
SPEAKER HOREG"
Seragam merupakan istilah dan tindakan yang populer era ORBA, Orde Baru.
Semua harus seragam, tidak boleh beda, tidak hanya di ideologi negara (asas tunggal Pancasila), melainkan juga pada nama orang dan jalan, pakaian, pagar rumah bahkan pagar kuburan.
Dan apakah nuansanya masih terasa hingga kini, 26 tahun pasca reformasi? Iya!
Bisa kita amati satu hal dan sederhana, pada acara resepsi pernikahan, di mana keluarga kedua mempelai pengantin dibedakan dengan seragam yang tidak sama.
Maka muncul fakta, pernyataan sekaligus pertanyaan sebagai berikut:
a. Pastinya bahan dan model seragam sesuai selera yang punya gawe/hajat, dia yang membayar, tapi banyak terjadi setelah dipakai satu kali, tidak mau memakai lagi. Mubazir bukan?
b. Kalau, misal, seragam dalam bentuk jadi dan yang diberi harus merombak ke tukang jahit, maka harus mengeluarkan biaya yang sangat mungkin lebih mahal dari harga beli. Bukannya itu membuat sang penerima repot?
c. Kalau pemberi seragam ditanya pasti dijawab penuh idealisme, "demi ngikuti kebiasaan umum-biar nggak dirasanin tetangga, demi membahagiakan anak (sekali seumur hidup), demi/agar roda ekonomi pedagang seragam bisa bergulir", dan sebagainya. Padahal bisa jadi anggarannya terbatas, dan anak yang sudah berpikiran modern-ekonomis pun sudah mencegah.
d. Karena walimahan adalah "pesta kegembiraan", maka bagusnya dibebaskan kepada (terkhusus) keluarga kedua mempelai untuk mengenakan busana yang menurut mereka "terbaik", bukan seragam yang malah bikin tidak "pede".
e. Kalaupun masih bersikukuh berseragam, gambar/pic di atas bisa menjadi contoh, maka cukup seragam selendang/sal. Kalaupun dianggap kepanjangan karena mirip selendang tayuban yang biasa untuk "nyawer" sinden, maka bisa selendang yang agak pendek. Banyak dijual kok.
f. Bisa dengan alternatif lain yang simple, misal,
- Pin/lencana merah putih layaknya pencinta "NKRI harga mati" yang disematkan di depan/belakang jilbab emak-emak atau kemeja bapak-bapak di bagian dada.
- Juga kain "ban" di bahu kanan atau kiri, warna krem (sedikit mirip ban kapten timnas Indonesia, Jay Idzes) tidak hitam biar tidak seperti pendemo yang biasa menggunakan "Speaker Horeg", speaker yang bikin horeg (Jawa: Berguncang).
Salam sehat untuk kita semua.
😃🙏🤝
Gresik, 24 November 2024.
amroehadiwijaya@gmail.com.
Komentar
Posting Komentar