***** KEPALA KAMBING

OH, KEPALA KAMBING

Mumpung mau menulis, ini "true story'" satu tahunan yang lalu.

Minggu siang sepulang dari bepergian, ujug-ujug ada telepon masuk dari saudara yang tahu kalau aku suka masakan kepala kambing yang kuahnya cukup dicampur bawang putih dan garam yang bagiku merupakan lauk makan yang paling lezat sedunia, "Cak, saya barusan motong kambing, dan berkenankah kalau sore nanti saya kirim daging masak dan kepalanya yang masih mentah dan utuh tapi bulunya belum  sempat saya hilangkan?", kontan aku jawab, "ok, dengan seneng hati, matur nuwun".

Karena sudah sore, khusus kepalanya, karena Ojob/bojo/istri tidak suka daging kambing apalagi kepalanya bentuk utuh masih ada bulu pula, maka langsung aku bungkus rapat dengan tas kresek warna gelap (kalau warna terang pasti ojob girap-girap/ketakutan), lalu aku masukkan kulkas.

Aku harus ngurus sendiri di luar rumah karena Ojob melarang dapurnya digunakan, "dapurku akan rusak kalau digunakan masak jenis itu", katanya, hahaha..., dan baru seminggu kemudian aku sempat kerjakan.

Kalau sekedar memecah, mecel/mengiris dan memasak aku bisa, tapi untuk menghilangkan bulunya aku belum pernah melakukan.

Kepala kambing itu aku bawa ke tukang las listrik, dan terpaksa aku bawa pulang dan masukkan kembali ke kulkas sambil sungut-sungut capek karena dikatakan, "yang bisa membakar untuk menghilangkan bulunya adalah tukang las karbit, bukan las listrik".

Tapi Ojobku berkata sambil mbesengut kecut, "lho, waktu kuliah di fakultas hukum UI dulu, apa Papa nggak diajarin?" Kwkwk... 

Pikirku pasti akan repot lagi kalau ke tukang las karbit, maka tiga hari kemudian (total sepuluh hari setelah aku terima), langsung aku bawa ke penjual daging/kepala kambing langgananku di Pasar Baru kota Gresik.

Katanya, "Wah, ngerjakannya baru bisa nanti malam, Pak, karena sekalian membersihkan bulu kepala kambing yang lain", dan ditambahkan, "Lagi pula kepala kambing ini sudah terlalu lama, maka beli sajalah yang baru, bulu sudah bersih dan besar seperti itu cuman seratus ribu kok".

Sambil ngeloyor pergi kesel, aku jawab, "sudah pak, ambil saja kepala kambingku itu, gratissss...".

Kembalikah aku esok hari? Nggak, dan kali ini dengan legowo aku membatin sendiri sambil tertawa, "dengan liku-liku berat saat ini kayaknya alam melarangku untuk makan lauk itu", dan aku tambahkan, "lain waktu saja kalau Ojob nggak di rumah, hahaha...".

Pelosok Gresik, Minggu,
29 Februari 2023.
amroehadiwijaya@gmail.com.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI