NGAMBULAN

"NGAMBULAN"

Sore, lima hari yang lalu saya japrian gayeng sumringah dengan seorang famili IKKAD. Cowok.

Ujug-ujug dia nulis, "aku sudah menghubungi/chat japri seorang dulur tapi nggak merespons masiyo kelihatan sudah membaca, ketokane dia ngambul, mbegok, Mas".

Meski dia menjawab pertanyaan kepo saya "siapa dan mengenai apa" dengan singkat dan asal-asalan, "ada deh", tapi karena saya yang lebih owut ngerti apa yang dia maksud, nyemoni ~to the point~ dengan sabar dan tawakal, "Gpp karena kebanyakan famili kita memang sensitif dan ngambulan, dan percayalah tidak lama lagi, ~setelah bersyahadat ulang sambil kumur-kumur air es tujuh kali~, dia pasti akan merespons", yang dibalas singkat layaknya bebek, "kwkwkwk .....".

Pertanyaan saya lanjut di sini: Apakah anggota keluarga besar kita memang ngambekan, cepat tersinggung, sering merasa benar sendiri, jumawa dan ogah menerima pandangan/ide orang lain meskipun bagus dan benar?.

Kalau instrospeksi, ketokane onok benere, meski pasti ada yang nggerundel, "gundulmu peyok, itu cuman oknum, gak kabeh Bro!".

Suatu siang, Diary saya tercatat tanggal 3 Januari 2009, hampir 16 tahun silam, saya sempat bincang-bincang santai dengan seorang famili dekat, perempuan (sekarang almarhumah), anggota IKKAD dan IKB.KALTUM yang biasa memanggil saya dengan "Kak Am".

Kami membicarakan,  ~tepatnya ngerasani tipis-tipis~ satu problem kehidupan seorang famili dan keluarganya yang bagi saya dan dia tidak terlalu berat alias biasa-biasa saja, namun merespons dengan luar biasa dahsyat dengan merembetkan kesana-kemari.

Saya pun bertanya, "lha iyo, mosok gitu aja direspons seperti itu?", yang dijawab sambil tersenyum, "Iyo, dan begitulah kak Am, famili dan keluarga besar kita memang sensitif, nggondokan dan emosian".

Untuk menegaskan saya tanya lebih lanjut, "bukankah dia pinter agomo, terpandang, tajir melintir, fulus akeh yang seharusnya bisa sabar, yang beda/bisa dimaklumi kalau umpama dia kismin?", yang dijawab masih sambil tersenyum simpul, "Yo itu tadi kak Am, mergo emang tergolong kaum ngambulan dari sononya".

Dan saya pungkasi: Mugo-mugo kito isok ngadepin problem apapun dengan legowo, dan agar awet muda gpp sambil cengar-cengir masiyo wong liyo menilai, "orang kok cengengesan terus, hohoho ....".

Nasib oh nasib ...
Gresik, Kamis 1 Agustus 2024.
amroehadiwijaya@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI