* "JANGAN DENDAM" Amroeh Adiwijaya

Inspirasi Malam
Nurani Sehat

"JANGAN DENDAM"
(True Story)

Oleh: Amroeh Adiwijaya (*)

Saya catat di email pribadi "Peristiwa-peristiwa penting", tanggal 28 Oktober tahun 2015 silam sekitar pukul 11:00 WIB, di Gresik, saya harus berhenti ke tepi jalan saat menyetir mobil karena seorang  sahabat senior saya sealmamater Jakarta asal Jawa tengah, menelpon saya.

Kebiasaan kami berdua, setiap ada telpon selalu kami sempatkan untuk mengangkat, betapa pun sibuknya.

Dan betul, telpon dia yang pensiunan ASN tajir itu khusus curhat tentang sikon pribadi yang "crowded" alias penuh sesak, menyesakkan nurani.

Kata "crowded" di atas mengingatkan saya pada rekan kuliah senior di FHUI, M.Ilham, Pasundan, yang sering mengucapkan terhadap hal/sikon yang menurutnya  mencemaskan. Karena jadi khasnya maka kami sering menyebutnya, "si-crowded", kwkwk...

Sahabat Jawa tengah itu berujar yang nampak betul masygul kacau cemas dan gemes bahkan murka menggebrak namun tertahan.

Dia mumed tersiksa karena sikap istrinya yang keturunan Indo cantik namun sadis jahat terhadapnya itu, raib dari rumah dengan membawa semua sertifikat tanah/bangunan dan uang yang dimiliki serta terindikasi berselingkuh, dan sebelumnya selalu bersikap kasar penuh curiga bahkan (maaf) menendang alat vitalnya hingga rusak.

Reaksi terhadap istrinya? Meski dia laki-laki tulen gagah ganteng (sekali lagi) tajir melintir dan telah bercucu itu selalu sabar bahkan tidak pernah membalas dengan melakukan KDRT secara fisik sekecil apapun, satu kali pun. Dia tipe suami penyabar.

Atas ceritanya, saya bertahan cukup mendengar sambil mengucap "Masya Allah, Astaghfirullah" berulang-ulang pertanda ikut prihatin dan bersimpati.

Baru setelah sekitar 30 menit kemudian dan galaunya sedikit mengendor, saya menyumbangkan lafal-lafal ilahiyah "kesabaran" dan ketenangan jiwa untuk diucapkan, sesuatu yang sebenarnya dia pun telah tahu dan hafal.

Setelahnya kami hanya berchatting di WAG atau japri topik biasa kadang bercanda.

Sekitar setahun silam dia dan keluarga ke Surabaya namun sayang saya tidak bisa  menemui karena pas di luar kota.

Ujug-ujug dua bulan lalu dia mengirim info kalau istri yang dipacari sejak kelas tiga SMP itu meninggal dunia dan sesudahnya benar-benar lenyap dari WAG dan japri.

Karena saya tidak mau mengganggu dia yang pasti sedang "Nyepi", maka dua hari lalu saya sekedar bertanya di WAG minimalis member, "mana sahabat baik seniorku, kok lama ameer berdukanya?".

Baru pada pukul 06:38 tadi dia japri yang baru saya buka pukul 11:00 dengan ungkapan mencengangkan.

Tentu saya salin dengan editing dari  saya dia menulis: Saya sangat terpukul dengan kepergian istri. Hidup  bareng sudah 43 tahun lebih, dan pacaran sejak almarhumah di kelas 3 SMP. Hampir-hampir stress.

Sekarang saya total hidup di desa, tidak jauh dari kuburan istriku. Saya bangunkan kuburan keluarga dan saya namai TAMAN PESAREHAN sesuai namanya, luas tanah lebar 18m x 54m, disamping Masjid yang beliau bangun.
Mohon doanya semoga husnul khatimah. Amin.

Rumahku yang di Jakarta di mana dulu dikau Amroeh pernah bermalam, saya kosongkan. Rencananya mau saya jual, mudah-mudahan cepet laku. Amin.

Dan kami berbalasan japri sejak pukul 14:28.

Masih dengan editan, saya membalas dengan ungkapan: Saya terharu salut sekaligus takjub pada sikap anda terhadap Nyonya almarhumah.

Ketakjuban saya (padahal) terkhusus terhadap telpon anda kepada saya beberapa tahun silam tentang (maaf) begitu murkanya anda atas sikap-sikap Nyonya kepada anda dalam hal tekanan harta, fisik dan psychis, dan kini justru anda memaafkan.

Anda mampu memaafkan itu apa karena Nyonya telah wafat, demi kehormatan anda di mata anak-cucu dan orang-orang di desa?

Maaf, hal ini saya ungkap karena ada famili yang mengalami hal serupa, istrinya masih ada, namun suami tidak bisa memaafkan dan nampaknya akan pasti bercerai.
Salam sehat for you.

Dengan sedikit editan dari saya, dia pun membalas dengan menyebut aneh pada saya: Sungguh, "pak pujangga", saya tidak pernah dendam dengan almarhumah. Saya berpikir itu ujian sabar dari Allah.

Kalaupun saya pernah cerita pada Pak Pujangga waktu itu, karena saya ingin terbebas dari tekanan apapun. Supaya pikiran saya jadi plong.

Faktanya melihat ketidak baikan orang terus, membuat pikiran tergerus, karena bisa ingin membalas dendam.

Semoga Allah menguatkan kita menjadi mukhlish (orang yang ikhlas) pemaaf dan sabar, amin. Trim pak Pujangga yang hebat.

Saya pun menutup dengan ungkapan singkat (copas asli): Luar biasa!
Saking luar biasanya sampai-sampai tidak ada sedikit pun yang harus saya tulis apalagi bertanya.
Thank's, nanti kalau saya ke arah Jawa tengah saya "sambangi" (kunjungi).

Salam sehat dan tertawa bahagia....

Gresik, Sabtu
13 November 2021
-------
(*)
- Ketua umum SM.FHUI (1982-1983/4)
- Penulis novel OPERA VAN GONTOR (Gramedia 2010)
- Koordinator umum Gerakan Anti KKN Alumni Universitas Indonesia (GA-KKN-AUI)
- Wiraswasta bidang kulit di Gresik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI