IN MEMORRIAM KH.MUCHLAS HAMIM


In Memoriam

KH.MUCHLAS CHAMIM

(Dan lahirnya AD-ART IKKAD)

---------------

Pengantar:

Karena tulisan sedikit panjang, maka perkenankan berikut dengan 4 sub judul. 

---------------

1. PERSONAL

Pastinya karena famili dekat, super senior, sedesa dan sering bertemu, maka dengan beliau, bapak KH.Muchlas Chamim, biasa saya menyebut Pak Muchlas, secara personal (pribadi) tentu saya merasa dekat dan menghormati.

Beliau adalah pendamping kedua orang tua saya sekaligus memberi sambutan atas nama keluarga ketika menerima kunjungan balasan lamaran keluarga calon istri saya, 25 Maret 1998 tepat satu bulan menjelang pernikahan (25 April 1998), masa krismon pra Reformasi Mei 1998.

Dan tahun 2000 setelah dibangun jembatan yang menghubungkan antara Dukun-Karang Binangun Lamongan, beliau sempat berujar, "jembatan iku podo wae karo nggawekno awakmu, Amroeh", bermakna memudahkan saya kalau dari Dukun menuju rumah mertua Lamongan tidak lebih dulu mutar jauh melalui kota Gresik atau Karanggeneng-Sukodadi, yang saya jawab, "Alhamdulillah".

Sepeninggal almarhum KH.Nadjih Achjad Maskumambang Dukun Gresik yang juga super senior dan famili dekat, yang memberi sambutan pada walimatul 'Arusy beberapa adik saya adalah pak Muchlas.

Sedikit mengenai pak Nadjih di mana (tahun 1985) nuansa keberangkatan haji seseorang (masih) terasa "khusyu", pagi itu, di rumah depan-timur Pasar Dukun, beliau memberi sambutan untuk melepas keberangkatan haji ayah dan ibu saya, dan sore harinya menyempatkan untuk nyambangi ke asrama haji Sukolilo Surabaya.

Saya dapat mengingat, beberapa bulan sebelum ayah saya, H.Rifai Malik wafat (2010), ayah sempat sehat sumringah beberapa waktu setelah Pak Muchlas bersama sang menantu, guru saya di Gontor (1969-1975), KH.Amal Fathullah Zarkasyi bersilaturahmi ke rumah ayah.

2. GENERASI AWAL GONTOR DI DUKUN

Menurut cerita, tahun 1960-an setelah menikah dengan putri pertama bapak H.Achwan (almarhum) yaitu bu Hj.Maimunah (wafat 2015?), Pak Muchlas adalah generasi pertama alumni Gontor di Dukun Gresik.

Dengan penampilannya yang ganteng dan kalem ditambah kedalaman ilmu agama dan kekhusyukan, beliau menjadi tokoh agama dan menjadi daya tarik banyak generasi muda asal Dukun untuk menimba ilmu ke Gontor (Gontor berdiri tahun 1926).

Yang nyantri ke Gontor tentu tak ketinggalan adik-adik dari bu Hj.Maimunah Achwan, mbakyunya mbak Hj.Laila yaitu: H.Ghozi (almarhum), H

Ali Hakim/@⁨BJPP. ALI HAKIM AHWAN ACHWAN⁩, H.Najib (almarhum) yang seangkatan dengan saya dan sobat bernama Hamdi AA tahun 1969, dan Faqih (almarhum), serta Usman (kakak Jamil/@⁨BJ JAMIL AHWAN⁩), juga tentu sang putra, Muhibby/@⁨MUHIBBY⁩.

Hanya apakah santri yang mengikuti jejak Pak Muchlas itu seluruhnya mampu menamatkan KMI (Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah) setingkat MTs-MA? Sayang tidak. Dan saya? Alhamdulillah mampu menamatkan, juga Cak H.Ghozi Achwan almarhum yang bagi saya adalah "mentor yang mencerahkan".


Berikut sedikit cerita dari Muhibby sudah gede. Sewaktu Pak Muchlas yang termasuk santri generasi awal Gontor itu berkunjung ke Gontor bersama Muhibby yang masih "bayek", Muhibby ngompol ketika digendong KH.Imam Zarkasyi (almarhum) salah satu TRIMURTI generasi pertama Gontor, yang tentu membuat basah busana beliau karena saat itu belum ada Pampers untuk emak-emak apalagi bayek, dan nampaknya menandakan kedekatan awal antar beliau berdua, di mana berpuluh tahun kemudian putri Pak Muchlas menikah dengan putra KH.Imam Zarkasyi yaitu Prof Dr KH.Amal Fathullah Zarkasyi, selanjutnya adik pak Amal (DR.KH.Hidayatullah Zarkasyi) menikah dengan adik Bu Hj.Maimunah, istri pak Muchlas.


Muhibby yang yunior saya itu, tahun '80-an pernah sekota dengan saya sewaktu sama-sama kuliah di Jakarta.

3. KEMASYARAKATAN DAN IKKAD

Pak Muchlas yang menguasai ilmu Hadist dan Fiqh itu adalah pendakwah mumpuni, yang juga aktivis Muhammadiyah yang adem dan cukup moderat, sehingga sempat menjadi ketua Muhammadiyah tingkat Daerah/Kabupaten Gresik.

Dan sebagai putra dari salah satu pendiri organisasi kekeluargaan berdasar silsilah/keturunan yaitu Ikatan Keluarga Kyai Abdul Djabbar (IKKAD) yang beranggotakan 6000-an orang dan berbasis di Dukun Gresik, Pak Muchlas adalah ketua umum kelima Pengurus Pusat (PP) IKKAD (1995-2022), kemudian dilanjutkan oleh KH.Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin).

Beliau sangat intens pada kepengurusan sehingga terlahir Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) IKKAD dengan sedikit cerita kilas balik berikut: Seusai beliau khutbah Jum'at di masjid AT-TAQWA komplek perumahan karyawan PT.Petrokimia, Perumahan Pongangan Indah (PPI) Gresik di mana saya tinggal, tidak saya duga beliau menyempatkan mampir ke rumah saya dengan sebuah titah, "tolong dibuatkan draft AD-ART IKKAD, Amroeh".

Maka dengan sami'na wa atha'na saya buat draft sehingga AD-ART ditetapkan pada pada Musyawarah Besar (MUBES) IKKAD, tanggal 24 Juni 2001 di kediaman bapak H.Lukman Hakim Jombang, dengan pimpinan rapat bapak dr Ali Faishal Sp.A/@⁨BJ. Dokter Ali FAISHAL⁩, kakanda pak Lukman.

Sewaktu saya mengaktifkan diri kembali sebagai sekretaris 1 PP.IKKAD, usai saya dan HM Husni Achwan/@⁨MHA WA NEW⁩ (Bendahara umum) menghadiri rapat Panitia pelaksana Halal Bihalal ke 18 Jombang, di kantor SAA Jombang milik Gus Pung/KH.MAGHFUR ALY sebelum bulan puasa 2022, malamnya saya bersilaturahmi kepada pak Muchlas yang kebetulan berada di rumah putranya, Z Fanani, perumahan GKB, dekat rumah saya, dan beliau memberi wejangan kepada saya yang insya Allah tepat khususnya untuk anggota PP, juga semua warga IKKAD sebagai berikut:

"Saya harap awakmu/sekretaris bisa hafal ngelontok silsilah keluarga seperti almarhum Husnul Khitam, sekretaris umum (adik beliau: Pen)".

4. AKHIR HAYAT

Pertemuan terakhir saya dengan beliau pada acara pertemuan PP.IKKAD di kediaman ketua umum yang baru, KH Gus Kikin Surabaya, 6 Februari 2023, dan setelahnya tidak bertemu lagi karena beliau sedang sakit dan dirawat di rumah sang putri yang jauh dari Gresik, Gontor.

Dan menurut penuturan sang putra sulung, Muhibby: Kamis 9 Mei 2024 itu, di Gontor, usai salat subuh menjelang wafatnya dengan tenang, didampingi A.Yani adik ragil Muhibby, beliau berbaring sambil mendekapkan kedua tangan (sendakep) seperti ketika salat.

Beliau wafat dalam usia 91 tahun lebih dengan meninggalkan 3 putra dan 1 putri.

Dengan bantuan pengamanan dari KOKAM, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah Dukun Gresik (di NU: BANSER), beliau disalatkan oleh masyarakat yang membeludak-banyak, di masjid desa Sembung Anyar, awal beliau menapak dan sebagai tokoh agama di Dukun Gresik, kemudian dimakamkan di pemakaman umum dekat desa, satu komplek dengan makam Mbah KH.Faqih Maskumambang, ayah-ibu saya, dan masyarakat Dukun pada umumnya, bersebelahan dengan komplek makam Mbah KH.Abdul Djabbar, asal-usul IKKAD.

Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji'un.

Terima kasih dan barakallah atas amal baik panjenengan kepada kami semua, dan selamat jalan ke alam keabadian yang pasti kelak kami pun akan mengikuti jejak panjenengan.

Gresik, Rabu,

29 Mei 2024

Pukul 02:00 setelah 60 menit tuntas menulis. Menjelang menunaikan salat tahajud.

amroehadiwijaya@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI