*** "DIA TELAH SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI" Amroeh Adiwijaya

Opini
Amroeh Adiwijaya

"DIA TELAH SELESAI
DENGAN DIRI SENDIRI"

Judul di atas merupakan pernyataan bahwa seseorang telah memiliki batas cukup bagi kebutuhan pribadinya sehingga mampu berhati mulia, arif bijaksana dan selalu berbagi penuh perhatian, cinta atas karunia kehidupan yang ada, dan memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi sekitar. "Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan dirinya".
Ideal sekaligus Amboy ...

Dapat dimaknai lebih riel, permasalahan dirinya sudah tuntas terkhusus pada kemampuan finansial, yang bermakna tidak perlu tambahan uang lagi, (dan dikembangkan) sehingga dia mampu berbuat optimal dalam berorganisasi bahkan memberikan sumbangan finansial untuk organisasi.

Mungkinkah? Yang sedikit kritis menyatakan, "tidak mungkin" karena selama hidup manusia, hawa-nafsu akan tetap berada dalam jiwa, dan selama itu pula suatu saat unsur hawa-nafsu bisa menguasai jiwa dan dapat melakukan apa yang disebut dengan mengejar kepentingan dunia: Harta, Wanita (bagi laki-laki) dan kekuasaan.

Dilanjutkan, judul di atas sering dijadikan jargon kampanye agar seseorang didukung untuk menjadi pimpinan suatu organisasi apapun, yang bermakna, dia adalah empunya modal.

Lalu apakah sebuah organisasi bagus jika dipegang oleh pemodal? Dan sebaliknya jika oleh seseorang yang tidak punya modal (uang) alias bokek?

Jawabannya sederhana, tidak selalu hitam-putih, dan sah bagi aktivis organisasi apapun termasuk keagamaan, yang berkecukupan maupun pas-pasan, berketurunan darah biru-merah-hijau maupun abu-abu, dan berbahagia maupun kurang, untuk berlomba meraih karier, jabatan-kekuasaan, popularitas dan uang, asalkan proporsional, tahu diri, tidak minder (juga tidak ndablek), serta mengikuti aturan organisasi dan norma segala hukum. 

Maka aktivis organisasi apapun yang berpenampilan cekak dan kismin tidak perlu "jiper" atau ngeri-mengkeret sebelum berlaga bersaing dengan seseorang yang berjargon seperti judul di atas, namun harus tetap selalu mengendalikan hawa-nafsu alami manusia yang bersifat mudah lupa.

Dan sebagai patokan, semua orang "belum selesai dengan dirinya sendiri" dalam banyak hal. Yang utama adalah fokus pada visi besar, mengesampingkan rasa yang ada pada diri sendiri seperti malas, takut, dan sebagainya, dan yang utama tidak bertujuan untuk korupsi/KKN, dan itulah sejatinya yang "selesai dengan diri sendiri" 

Berdamailah dengan diri sendiri, dapat menerima dengan ikhlas semua kehidupan masa lalu terutama kegagalan, bentuk fisik hingga luka psychologis dan sebagainya sehingga mampu membantu mengajak sesama untuk tebang bersama menuju nirwana.

Gresik, Jum'at
27 Oktober 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-BOOK BLOG AMROEH ADIWIJAYA

* "AGAMAMU APA?" Amroeh Adiwijaya

(124) SOFIAN EFFENDI