AKTIF DI PP IKKAD & PP IKB.KALTUM
"AKTIF DI PP IKKAD-PP IKB.KALTUM
DAN (KOLO SEMONO)
HBH KELIMA IKKAD
TAHUN 1983"
Amroeh Adiwijaya
Seperti kita semua tahu, IKKAD memiliki saudara bernama Ikatan Keluarga Besar Kaltum (IKB.KALTUM) yang punya buku silsilah, kelengkapan organisasi dan bernenek-moyang sama dengan IKKAD yaitu berasal dari Dukun Gresik, tapi beda nama.
Beranggota hampir sama besar dengan IKKAD, sekitar 6000 orang, dan seluruh anggota Qabilah Mbah KH.RAIS IKKAD termasuk saya, adalah anggota IKB.KALTUM.
Mengapa demikian? Karena Mbah Rais kakung yang IKKAD beristrikan mBah Rais putri yang IKB.KALTUM.
Kalau di IKB.KALTUM menggunakan istilah acara 3 tahunan dengan Silaturahmi Nasional (SILATNAS), maka IKKAD menggunakan istilah Islami khas Indonesia, Halal Bihalal Bihalal (HBH). Lalu mana yang lebih Afdhal? Gak usah dipikir nemen-nemen, lah!
Berikut sedikit menguak memori (sejarah) ringan HBH IKKAD kelima tahun 1983 di Pondok Pesantren yang dibubak oleh Mbah KH.Abdul Djabbar, figur dimonumenkan pada IKKAD: Maskumambang Dukun Gresik. Tentu versi saya yang waktu itu masih muda belia dan "culun" (kata Mandra Betawi: Mude dari udik pula).
Masa itu saya belum aktif di PP.IKKAD, masih kuliah di Jakarta (wisuda S1 tahun 1985), dan saya bisa hadir karena masih mudik lebaran 6 Syawwal 1403.H bertepatan tanggal 7 Juli 1983.M.
Periode itu, Ketua umum (kedua) PP IKKAD adalah Mbah KH Adlan Aly, 1982-1990 (sampai beliau wafat), dan ketua panitia HBH adalah mas KH.Husnul Khitam(?) almarhum, mantan Sekretaris umum PP.IKKAD periode Ketua umum kelima, bapak KH.Muchlas Chamim, almarhum.
Acara berlangsung bertepatan hari Ahad Wage, hari pasaran Pasar Dukun Gresik, pasar yang tergolong besar dibanding dengan pasar Kecamatan-kecamatan lain sekitar Dukun seperti pasar Sidayu, Bungah dan Ujung Pangkah, hari datangnya rizki bagi pedagang asal Dukun dan sekitarnya.
Saking penting dan sibuknya orang pada hari Wage, ada guyonan warga Dukun jadoel, "kalau meninggal mbokyo pilih hari lain po'o, ojok hari Wage", hehe...
Karena tidak menggunakan jasa EO (Event Organizer) seperti wisuda PAUD atau TK terkini, maka warga IKKAD Dukun yang daerahnya ketempatan HBH tentu bergotong royong bahu membahu guyub untuk menyukseskan.
Sejak sabtu pagi sudah memulai aktivitas, dari membuat panggung podium, memasang tenda untuk lokasi acara di bagian belakang bangunan terbaru sekolah Maskumambang (sekarang: berbatasan dengan makam keluarga KH.Nadjih Ahjad), menata kursi-bangku dan lain-lain, hingga membuat spanduk dari huruf potongan karton dan kertas kemudian ditempelkan pada lembaran kain.
Membuat spanduk dengan mesin cetak "digital printing" yang cepat dan murah, seratusan rebu sudah bagus seperti sekarang tentu tidak terpikir, bahkan bisa jadi penemu mesinnya pun belum lahir.
Untuk dekorasi, dibuat alami khas pedesaan pada umumnya, selain meminjam pot-pot bunga dari segenap dulur IKKAD, dibuat juga dari bahan sejenis tanaman liar yang diambil dari daerah yang cukup jauh dari Dukun, di antaranya mas Muhibby Muchlas/@MUHIBBY kebagian tugas untuk mendapatkan.
Sabtu malam itu saya dan dulur kita Gus Moh Husni Achwan (sekarang Ketua II PP.IKKAD) tak ketinggalan diberi tugas untuk membeli daun lontar/janur yang dijual di pasar Dukun oleh pedagang yang menjelang Wage (Pon malam) sudah mulai berdatangan. Hanya membeli sedangkan untuk merangkai sudah ada pakar/petugasnya.
Kami berdua membawa dengan nyunggi/nengguluk (mengangkut di atas bahu) dengan tertatih-tatih dari pasar ke Maskumambang yang berjarak cukup jauh sekitar setengah kilometer.
Sangkar yang berisi burung perkutut milik ayah saya juga digunakan untuk dekorasi, digantung pada sisi podium.
Celetukan santai penyemarak suasana gotong royong pun muncul. Pak KH.Muchlas Chamim yang kesehariannya nampak serius, khusyu' dan pendiam ternyata bisa mengeluarkan "joke" dengan menyitir kata-kata ayah saya kepada beliau: Gak Popo "manukku" gowo-en merono, haha....
Sedikit kembali ke IKB.KALTUM.
Kalau diistilahkan, organisasinya bisa disebut "merem-melek" hidup ogah mati pun enggan, karena dengan macam-macam sebab, utamanya (menurut saya) pengurusnya tidak telaten mengurus, dan kalau berhalangan tidak ada pendelegasian kepada yang lain sehingga betul-betul tercipta "monggo-monggoan" yang akhirnya organisasi mandek jegrek.
Setelah vacum 12 tahunan, ayah saya, H Rifai Malik, mengeluarkan titah: Amroeh, mergo eman, mbokyo awakmu ojok aktif di IKKAD thok, dadi ketua Panpel HBH 3 kali berturut-turut iku wis cukup, tapi hidupkan Bani KALTUM peninggalan para sesepuh pendahulu yang susah payah membentuk itu.
Yang beliau maksud adalah 3 HBH IKKAD masing-masing:
- HBH ke 11 tanggal 16 Januari 2000 di GOR Petrokimia Gresik
- HBH ke 12 tanggal 15 Desember 2002 di Sale Rembang, dan
- HBH ke 13 tanggal 12 November 2005, di Kediri.
Saya pun patuh.
Usai urusan kepanitiaan (2005) saya tuntaskan termasuk membuat dan mengarsip file dan foto-foto, berkirim surat ucapan terima kasih kepada para donatur, membuat laporan keuangan dan menyerahkan saldo kas Panpel kepada PP kemudian PP menyerahkan seluruhnya kepada WANITA IKKAD, saya tidak aktif sebagai sekretaris I PP.IKKAD dan kepanitiaan HBH berikutnya.
Dan dengan berucap Bismillahirrahmanirrahim, awal November 2011 saya plus 2 orang famili rela melakoni dengan susah payah untuk menghidupkan sehingga Bani KALTUM terlahir baru.
Ketika kami menyelenggarakan Musyawarah Besar/MUBES (sama dengan istilah di IKKAD) sejenis Kongres atau Muktamar, di rumah orang tua saya di Dukun Gresik, mau nggak mau saya harus legowo menerima dipilih sebagai Ketua umum, yang kemudian melahirkan nama baru yaitu IKB.KALTUM, mewujudkan AD-ART, Buku Silsilah seperti IKKAD, dan tahun 2012 menyelenggarakan Silatnas di hotel PCP Trawas Mojokerto.
Alhamdulillah Silatnas itu dihadiri tidak kurang dari 1500 anggota, di mana untuk yang asal Dukun dan sekitarnya (saja) Panpel menyediakan 15 bus besar, gratis. Apa konsumsinya kotakan? Oh no, prasmanan, bro/sis. Fantastik.
Setelah tiga tahun berlalu, pas tuntas masa kepengurusan, karena keterbatasan kemampuan, saya mundur dari Ketum PP IKB.KALTUM untuk digantikan oleh yunior yang mumpuni. Hanya sayang sejak tahun 2016 hingga sekarang, PP IKB.KALTUM mendelep vacum lagi.
Maka doa khusyu' saya begini: Ya Allah, karuniakan muncul famili lain yang mau berjibaku menghidupkan IKB.KALTUM yang bermanfaat, seperti kami yang lalu, karena saya masiyo alhamdulillahi tahesss tapi wis "owuttt", apalagi dua famili seperjuangan dulu itu satu (H.Mahmudi Zubairi) telah Engkau panggil ke hadirat-Mu (Allah yarham) dan yang satu (H.Mahfudli) sedang kena stroke, semoga segera sehat kembali.
Catatan:
Saat Ebook ini meluncur,
H.Mahfudli Abu Ali telah wafat.
Mengurus organisasi kekeluargaan memang tidak mudah.
Kembali ke "Laptop" HBH kelima IKKAD.
Acara yang berlangsung pukul 09:00 hingga pukul 12:00 itu alhamdulillahi berlangsung semarak dan sukses dengan kehadiran sekitar 1500 anggota IKKAD.
Dan saya? Diberi tugas sebagai pembawa acara (MC) dengan kostum jas lengkap pinjaman (bener, pinjaman!) plus bersepatu mengkilap (pokoke keren abis, deh).
Menjadi MC itu terulang ketika Silatnas IKB KALTUM (1985) di gedung pertemuan Surabaya milik TNI Angkatan Laut. Juga masih dengan jas lengkap pinjaman. Syukurnya famili IKKAD (almarhum) pemilik jas itu usai acara datang ke lobi gedung untuk mengambil jas yang katanya akan dibawa ke Londry di toko NAM Surabaya (saya dicegah untuk membawa ke sana), tapi saya tahu maksud sesungguhnya, dia pingin ketemu cewek IKB.KALTUM yang dia taksir, huhu......
Catatan:
Saat Ebook ini meluncur, famili sobat dekat itu telah wafat (2021).
Hanya pada HBH IKKAD di Maskumambang itu saya bener-bener apes-pes. Menjelang akhir acara, sepatu kanan yang saya kenakan jahitan depan sampingnya "jebol" sehingga kaos kaki warna terangnya kelihatan. Luar biasa nyahok, karena di acara itu ada cewek IKKAD yang saya taksir, hihihi....
Keterangan foto di stas:
Waktu jadi MC Silatnas IKB.KALTUM 1985 dengan jas lengkap+dasi pinjaman.
Wassalam.
Gresik, Rabu 24 Juli 2024.
30 menit tuntas nulis untuk bahan buku.
Menjelang santap siang.
amroehadiwijaya@gmail.com
Komentar
Posting Komentar